Kamis, 03 Juni 2021

Riyadhoh Ilmu Ladunny

 Riyadhoh Ilmu Ladunny

Di dalam kitab Manba’u Usulil Hikmah hal 243 Di dalam Bab Jaljalut Qubro dalam Bait yang ke 144 ( Jaljalut ada 2 macam : 1. Jaljalut Sugro 60 Bait 2. Jaljalut Qubro 360 Bait masing2 Bait mempunyai Asror2, Manfaat & Khasiat tersendiri )


Diterangkan di dalam bab tersebut berkata Syeikh Ahmad Ibni Ali Al-Buuny “ Apabila anda menginginkan Ilmu Ladunny yang di ajarkan langsung oleh Sayyid Anyail A.S

( Sayyid Anyail merupakan Khodam Golongan Atas yang di wakilkan Alloh pada hari Jum’at ) , maka inilah tata caranya :


1.Berpuasa 7 hari yang di mulai hari Selasa

2.Berpuasa dengan berbuka tidak makan makanan yang bernyawa

3. Membaca Bait Jaljalut di bawah ini 70 x setiap Ba’da Fardu dan 756 x Setiap tengah malam dan inilah Baitnya :

BI DZO I DZUHURIL ISMI AS ALU DZOHIRON FA YA DZOHIRU IDZHIR LIYAL

UMURO IDZA KHOFAT

4.Senantiasa menjaga Wudhu

5. Waktu kosongnya di isi membaca, Sholawat dan Al-qur’an


Apabila anda melaksanakan tata cara di atas, di hari ke 7 senin malam selasa akan hadir di hadapan anda seorang Khodam Yg bernama Sayyid Anyail A.S Yang akan mengajarkan langsung Ilmu2 dari alam Ghaib dengan langsung hafal dan mengerti terhadap ilmu2 itu,Dan anda akan mendapatkan berbagai macam dari kebaikan2 dan keberkahan2. Tapi peringatan jangan coba2 anda melakukan Ma’siat dengan sengaja,Maka khodam Sayyid Anyail tidak akan menemui anda lagi baik di dalam mimpi maupun Langsung.


Khodam Sayyid Anyail akan berwujud seperti Ulama’ Besar dengan kepala di ikat Imamah warna Perak dan memakai jubah Putih pada Jidatnya ada satu permata yg mengeluarkan cahaya pelangi yg menyilaukan Mata, Suara Khodam tersebut sangat berwibawa dan mengalirkan hawa yang sangat sejuk pada seluruh tubuh, tapi kalau si pemegang ilmu ini bermaksiat dia akan mendengar langsung bukan mimpi suara Sayyid Anyail A.S lebih keras dari suara petir yang paling keras sekalipun .


Di dalam Bait Jaljalut ke 144 ini terletak Rahasia Huruf Dzo dan Asmaul Husna Adz

Dzohiru Bait di atas tadi sangat banyak sekali manfa’at nya di antaranya apabila anda ingin mengetahui perkara2 yang sulit, Bacalah bait tadi 103 x sebelum tidur selama 3 malam , maka perkara anda akan terlihat di dalam mimpi dengan jelas apa solusi masalah anda, apa yg akan terjadi dengan perkara yg sedang anda hadapi.


Apabila Bait tsb di tulis pada kayu gaharu dengan memakai pena dari bulu qunfud

( Landak)

dan darahnya di pakai tintanya, kemudian kayu tersebut anda pendam di rumah yg dzolim maka di rumah itu akan selalu di ganggu oleh para jin hawwam yg menggangu

Apabila Bait tersebut di tulis pada kertas lalu di kalungkan pada Anak2 maka anak 2 tsb tidak akan sakit-sakitan ( Ririwit, Rewel )


Apabila Bait tersebut di tulis pada logam timah kemudian di letakkan pada sebuah rumah, maka keluarga rumah tersebut akan bercerai berai Dan bagi bait ini mempunyai Kholwatnya apabila anda ingin menarik Khodamnya inilah tata caranya :

1. Berpuasa 41Hari Yang di mulai hari selasa

2. Berbuka tidak memakan makanan Yang bernyawa

3. Membaca Asma’ Adz Dzohir tiap Fardu 1106 x

4. Membaca Bait di atas Tiap Malam 300 x dan Azimah di bawah ini 300 x

Inilah Azimahnya :

Bismillahirrohmanirrohim Dzoharot qudrotuka allohumma fil afaqi as aluka allohumma bima auda’tahu anbiyaika wa auliayaika minal ‘ulumil laduniyyati an tadzharo li sirron min sirrika wa nuron min nurika atasorrufu bihi ‘ala ma turidu fima turidu hayyan hayyan ya Dzo I hatta aroka wa ukhotibuka wa takunu aunan li fi qodoi hawaiji bihaqqil wahidil qohhari wa bi alfi alfi la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzimi wa sollallohu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi wa sallam.


Setelah sempurna 41 Hari akan hadir di hadapan anda yang akan meminta anda saling berjanji bahwa dia akan membantu anda pada hajat apa saja yg anda inginkan, dan anda berjanji akan menjaga Batasan2 nya .


Semoga Bermanfaat

--

Riyadhoh Ilmu Ladunny

Di dalam kitab Manba’u Usulil Hikmah hal 243 Di dalam Bab Jaljalut Qubro dalam Bait yang ke 144 ( Jaljalut ada 2 macam : 1. Jaljalut Sugro 60 Bait 2. Jaljalut Qubro 360 Bait masing2 Bait mempunyai Asror2, Manfaat & Khasiat tersendiri )


Diterangkan di dalam bab tersebut berkata Syeikh Ahmad Ibni Ali Al-Buuny “ Apabila anda menginginkan Ilmu Ladunny yang di ajarkan langsung oleh Sayyid Anyail A.S

( Sayyid Anyail merupakan Khodam Golongan Atas yang di wakilkan Alloh pada hari Jum’at ) , maka inilah tata caranya :


1.Berpuasa 7 hari yang di mulai hari Selasa

2.Berpuasa dengan berbuka tidak makan makanan yang bernyawa

3. Membaca Bait Jaljalut di bawah ini 70 x setiap Ba’da Fardu dan 756 x Setiap tengah malam dan inilah Baitnya :

BI DZO I DZUHURIL ISMI AS ALU DZOHIRON FA YA DZOHIRU IDZHIR LIYAL

UMURO IDZA KHOFAT

4.Senantiasa menjaga Wudhu

5. Waktu kosongnya di isi membaca, Sholawat dan Al-qur’an


Apabila anda melaksanakan tata cara di atas, di hari ke 7 senin malam selasa akan hadir di hadapan anda seorang Khodam Yg bernama Sayyid Anyail A.S Yang akan mengajarkan langsung Ilmu2 dari alam Ghaib dengan langsung hafal dan mengerti terhadap ilmu2 itu,Dan anda akan mendapatkan berbagai macam dari kebaikan2 dan keberkahan2. Tapi peringatan jangan coba2 anda melakukan Ma’siat dengan sengaja,Maka khodam Sayyid Anyail tidak akan menemui anda lagi baik di dalam mimpi maupun Langsung.


Khodam Sayyid Anyail akan berwujud seperti Ulama’ Besar dengan kepala di ikat Imamah warna Perak dan memakai jubah Putih pada Jidatnya ada satu permata yg mengeluarkan cahaya pelangi yg menyilaukan Mata, Suara Khodam tersebut sangat berwibawa dan mengalirkan hawa yang sangat sejuk pada seluruh tubuh, tapi kalau si pemegang ilmu ini bermaksiat dia akan mendengar langsung bukan mimpi suara Sayyid Anyail A.S lebih keras dari suara petir yang paling keras sekalipun .


Di dalam Bait Jaljalut ke 144 ini terletak Rahasia Huruf Dzo dan Asmaul Husna Adz

Dzohiru Bait di atas tadi sangat banyak sekali manfa’at nya di antaranya apabila anda ingin mengetahui perkara2 yang sulit, Bacalah bait tadi 103 x sebelum tidur selama 3 malam , maka perkara anda akan terlihat di dalam mimpi dengan jelas apa solusi masalah anda, apa yg akan terjadi dengan perkara yg sedang anda hadapi.


Apabila Bait tsb di tulis pada kayu gaharu dengan memakai pena dari bulu qunfud

( Landak)

dan darahnya di pakai tintanya, kemudian kayu tersebut anda pendam di rumah yg dzolim maka di rumah itu akan selalu di ganggu oleh para jin hawwam yg menggangu

Apabila Bait tersebut di tulis pada kertas lalu di kalungkan pada Anak2 maka anak 2 tsb tidak akan sakit-sakitan ( Ririwit, Rewel )


Apabila Bait tersebut di tulis pada logam timah kemudian di letakkan pada sebuah rumah, maka keluarga rumah tersebut akan bercerai berai Dan bagi bait ini mempunyai Kholwatnya apabila anda ingin menarik Khodamnya inilah tata caranya :

1. Berpuasa 41Hari Yang di mulai hari selasa

2. Berbuka tidak memakan makanan Yang bernyawa

3. Membaca Asma’ Adz Dzohir tiap Fardu 1106 x

4. Membaca Bait di atas Tiap Malam 300 x dan Azimah di bawah ini 300 x

Inilah Azimahnya :

Bismillahirrohmanirrohim Dzoharot qudrotuka allohumma fil afaqi as aluka allohumma bima auda’tahu anbiyaika wa auliayaika minal ‘ulumil laduniyyati an tadzharo li sirron min sirrika wa nuron min nurika atasorrufu bihi ‘ala ma turidu fima turidu hayyan hayyan ya Dzo I hatta aroka wa ukhotibuka wa takunu aunan li fi qodoi hawaiji bihaqqil wahidil qohhari wa bi alfi alfi la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzimi wa sollallohu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi wa sallam.


Setelah sempurna 41 Hari akan hadir di hadapan anda yang akan meminta anda saling berjanji bahwa dia akan membantu anda pada hajat apa saja yg anda inginkan, dan anda berjanji akan menjaga Batasan2 nya .


Semoga Bermanfaat

Karomah dan Kesaktian Abah Anom

 Karomah dan Kesaktian Abah Anom


Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin adalah nama asli Abah Anom. Lahir 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Ia anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN).

Ia memasuki bangku sekolah dasar (Vervooleg school) di Ciamis, pada usia 8 tahun. Lima tahun kemudian melanjutkan ke madrasah tsanawiyah di kota yang sama. Usai tsanawiyah, barulah ia belajar ilmu agama Islam, secara lebih khusus di berbagai pesantren.

Ia keluar masuk berbagai macam pesantren yang ada di sekitar Jawa Barat seperti, Pesantren Cicariang dan Pesantren Jambudwipa di Cianjur untuk ilmu-ilmu alat dan ushuluddin. Sedangkan di Pesantren Cireungas, ia juga belajar ilmu silat. Minatnya untuk belajar silat diperdalam ke Pesantren Citengah yang dipimpin oleh Haji Djunaedi yang terkenal ahli “alat”, jago silat dan ahli hikmat.

Kegemarannya menuntut ilmu, menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai macam ilmu keislaman pada usia relatif muda (18 tahun). Didukung dengan ketertarikannya pada dunia pesantren, telah mendorong ayahnya yang dedengkot Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) untuk mengajarinya dzikir TQN. Sehingga ia menjadi wakil talqin ayahnya pada usia relatif muda.

Mungkin sejak itulah, ia lebih di kenal dengan sebutan Abah Anom. Ia resmi menjadi mursyid (pembimbing) TQN di Pesantren tasawuf itu sejak tahun 1950. Sebuah masa yang rawan dengan berbagai kekerasan bersenjata antar berbagai kelompok yang ada di masyarakat, terutama antara DI/TII melawan TNI.

“Tasawuf tidak hanya produk asli Islam, tapi ia telah berhasil mengembalikan umat Islam kepada keaslian agamanya pada kurun-kurun tertentu,” tegas Abah Anom, tentang eksistensi tasawuf dalam ajaran Islam.

Tasawuf yang dipahami Abah Anom, bukanlah kebanyakan tasawuf yang cenderung mengabaikan syari’ah karena mengutamakan dhauq (rasa). Menurutnya, sufi dan pengamal tarekat tidak boleh meninggalkan ilmu syari’ah atau ilmu fiqih. Bahkan, menurutnya lagi, ilmu syari’ah adalah jalan menuju ma’rifat.

Ia, sebagaimana lazimnya sosok sufi, tak ingin terkenal. “Ia amat sulit untuk diwawancarai wartawan, karena beliau tak ingin dikenal orang,” ungkap Ustadz Wahfiudin, mubaligh Jakarta yang menjadi salah seorang muridnya.

Kendati demikian, ia bukanlah sosok sufi yang lari ke hutan-hutan dan gunung-gunung, seperti legenda sufi yang sering mampir ke telinga kita. Yang hidup untuk dirinya sendiri, dan menuding masyarakat sebagai musuh yang menghalangi dirinya dari Allah swt. Ia akrab dengan berbagai medan kehidupan, mulai dari pertanian sampai pertempuran.

Pada tahun 50-60-an kondisi perekonomian rakyat amat mengkhawatirkan. Abah Anom turun sebagai pelopor pemberdayaan ekonomi umat. Ia aktif membangun irigasi untuk mengatur pertanian, juga pembangunan kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik.

Bahkan Abah Anom membuat semacam program swasembada beras di kalangan masyarakat Jawa Barat untuk mengantisipasi krisis pangan. Aktivitas ini telah memaksa Menteri Kesejahteraan Rakyat Suprayogi dan Jendral A. H. Nasution untuk berkunjung dan meninjau aktifitas itu di Pesantren Suryalaya.

Medan pertempuran bukanlah wilayah asing bagi Abah Anom. Pada masa-masa perang kemerdekaan, bersama Brig. Jend. Akil bahu-membahu memulihkan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Ketika pemberontakan PKI meletus (1965), ia bersama para santrinya melakukan perlawanan bersenjata.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, Abah Anom membuat program “rehabilitasi ruhani” bagi para mantan PKI. Tak heran, jika Abah mendapat berbagai penghargaan dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi lainnya.

Medan pendidikan juga tak luput dari ruang aktivitasnya. Mulai dari pendirian Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah ‘Aliyah pada tahun 1977, sampai pendirian Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah pada tahun 1986.

Kiprahnya yang utuh di berbagai bidang kehidupan manusia, ternyata berawal dari pemahamannya tentang makna zuhud. Jika kebanyakan kaum sufi berpendapat zuhud adalah meninggalkan dunia, yang berdampak pada kemunduran umat Islam. Maka menurut pendapat Abah Anom,

“Zuhud adalah qasr al-’amal artinya, pendek angan-angan, tidak banyak mengkhayal dan bersikap realistis. Jadi zuhud bukan berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang camping.”

Abah merujuk pada surat An-Nur ayat 37 yaitu, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat, (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati menjadi guncang.”

Jadi, menurut beliau seorang yang zuhud adalah orang yang mampu mengendalikan harta kekayaannya untuk menjadi pelayannya, sedangkan ia sendiri dapat berkhidmat kepada Allah swt semata. Atau seperti dikatakan Syekh Abdul Qadir Jailani,

“Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”


Inabah


Mengentaskan manusia dari limbah kenistaan bukanlah perkara mudah. Abah Anom memiliki landasan teoritis yang kuat untuk merumuskan metode penyembuhan ruhani, semuanya ada dalam nama pesantren itu sendiri yaitu, Inabah.

Abah Anom menjadikan Inabah tidak hanya sekedar nama bagi pesantrennya, tapi lebih dari itu, ia adalah landasan teoritis untuk membebaskan pasien dari gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap obat-obat terlarang. Dalam kacamata tasawuf, ia adalah nama sebuah peringkat ruhani (maqam), yang harus dilalui seorang sufi dalam perjalanan ruhani menuju Allah swt.

“..Salah satu hasil dari muraqabatullah adalah al-inabah yang maknanya kembali dari maksiat menuju kepada ketaatan kepada Allah swt karena merasa malu ‘melihat’ Allah,” jelas Abah yang merujuk pada kitab Taharat Al-Qulub.

Dalam teori inabah, untuk menancapkan iman dalam qalbu, tak ada cara lain kecuali dengan dzikir laa ilaha ilallah, cara ini di kalangan TQN disebut talqin. Demikian juga dalam mesikapi mereka yang dirawat di pesantren Inabah. Mereka harus diberikan ‘pedang’ untuk menghalau musuh-musuh di dalam hati mereka, pedang itu adalah dzikrullah.

Orang-orang yang dirawat di Inabah diperlakukan seperti orang yang terkena penyakit hati, yang terjebak dalam kesulitan, kebingungan dan kesedihan. Mereka telah dilalaikan dan disesatkan setan sehingga tak mampu lagi berdzikir pada-Nya. Ibarat orang yang tak memiliki senjata lagi menghadapi musuh-musuhnya. Walhasil, obat untuk mereka adalah dzikir.


Shalat adalah salah satu bentuk dzikir. Menurut pandangan Abah Anom, para pasien itu belum dapat shalat karena masih dalam keadaan mabuk (sukara), karena itu langkah awalnya adalah menyadarkan mereka dari keadaan mabuk dengan mandi junub. Apalagi sifat pemabuk adalah ghadab (pemarah), yang merupakan perbuatan syaithan yang terbuat dari api. Obatnya tiada lain kecuali air.

Jadi, selain dzikir dan shalat, untuk menyembuhkan para pasien itu digunakan metode wudlu dan mandi junub. Perpaduan kedua metode itu sampai kini tetap digunakan Abah Anom untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan cukup berhasil. Buktinya, cabang Inabah tak hanya di Indonesia, di Singapura langsung berdiri sebuah cabang serta Malaysia dua buah cabang. Belum lagi tamu-tamu yang mengalir dari berbagai benua seperti Afrika, Eropa dan Amerika.

Karomah beliau tersebutlah seorang kiayi bernama KH.Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut melarang Kiayi Tohir untuk tidak menemui seorang kiayi besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya.

Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tassawuf yang diajarkan di Pesantren Suryalaya, akhirnya kiayi Tohir meminta kepada Abah Anom untuk dibaiayat atau ditalqin dzikir (di ajarkan dzikir Thoriqoh). Namun, tentu saja dalam benak kiayi Tohir kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren dikotanya.

Apalagi, setelah di talqin dzikir (pengajaran dzikir thoriqat) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru dipesantrennya. Ketika kiayi Tohir sedang duduk menunggu sholat berjamaah di Mesjid Nurur Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya sebelum ia kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang.

Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidak taatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata: “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu! dalam bahasa Indonesia : “jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu “.

Kiyai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra (Abah Anom). Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya dimanapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah.


Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke Pesantren dikampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid Kammil Mukammil Syekh ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin ra kepada gurunya. Dan ternyata, diluar dugaan Kiayinya yang dipesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiayi Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang di bawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi.

Selanjutnya, Kiayi Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Akhirnya Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil Talqin, yaitu orang yang di izinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thoriqoh kepada orang yang membutuhkannya.

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.

Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti. Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerahpun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadloh (latihan) seperti puasa, dzikir, sholat baik yang sifatnya wajib maupun sunat dan amalan lainnya.

Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliullah yaitu Abah Anom dan menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata : “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan didepan Abah”. Setelah itu pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir TQN untuk diamalkan.

Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur. Setelah siap-siap semuanya, terbesit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom “Asal jangan dihadapan Abah!”, pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan hotel. Gagallah keinginan nafsunya.


Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, disaat detik-detik akan melaksanakan maksiatnya muncul wajah Abah Anom “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah”. Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang.

Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur. Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah.

Sesungguhnya kejadian itu suatu anugrah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara Mursyid sebagai pilihan-Nya. Subhanallah..

Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya / tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut.

Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf as. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha. Dalam al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24: “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24)


Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 : “Adapun maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, maka terdapat beberapa pendapat. Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain yakni Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’kub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Menurut sebagian riwayat memukul dada Yusuf. Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu raja Qithfir yang seolah-olah ada dirumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama.” (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474) Subhanallah…

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH.M.Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia.

KH. Maksum memiliki seorang istri yang sedang mengandung. Menurut fonis dokter, istri kiayi tersebut bukanlah kehamilan normal yang biasanya terjadi pada seorang wanita. Namun istri KH.Maksum di vonis menderita kangker dan harus segera dioperasi.

Sang Kiayi akhirnya datang ke Suryalaya ingin bertemu Pangersa Abah Anom untuk meminta doa beliau agar istrinya diberi kelancaran saat operasinya nanti. Ketika kiayi Maksum mengutarakan maksudnya tersebut, Abah hanya berkata: “Heug, sing jadi jelema”, dalam bahasa Indonesia: iya, jadi manusia, maksudnya adalah semoga kandungan istri kiayi Maksum menjadi manusia dengan izin Allah.

Dan ternyata, baru saja istri kiayi Maksum satu langkah keluar dari rumah Pangersa Abah, dia merasakan gerakan-gerakan dalam rahimnya itu, subhanallah. Kontan saja istri kiayi Maksum kaget, dan langsung memeriksakan dirinya ke Dokter. Lalu apa kata Dokter? Subhanallah, Dokter pun sama terkejutnya dengan pasangan suami istri Kiayi Maksum tersebut.

Allahu Akbar, kun fayakun, dengan izin-Nya melalui doa Kekasih-Nya, daging jadi yang asalnya akan diangkat tersebut, ternyata berubah menjadi sesosok manusia kecil yang menggemaskan berjenis kelamin laki-laki. Ya, ternyata setelah dioperasi daging jadi itu berubah menjadi seorang bayi, yang diberi nama Sufi Firdaus.

Idos panggilan anak ini, hingga saat ini masih hidup dan mengabdikan dirinya untuk menjadi murid Syeikh Ahmad Shohibul wafa Tajul ‘Arifin qs. (Abah Anom).

Diceritakan Bapak Etje Juardi, ada Ulama yang dikenal sakti namanya Kyai Jured.

Suatu hari Kiai tersebut memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya.

Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bis yang membawa 70 santrinya. Semua santri disebar disekitar Pesantren Suryalaya, setelah Kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada didepan madrasah dan menyuruh Kiai untuk masuk ke madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)nya Mursyid TQN. Abah Anom meminta Kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah Beliau sediakan di madrasah.

Di dalam madrasah Kiai memuji Abah Anom tentang pesantren Beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrenya yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah. Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat : “Tentu saja Kiai”. Suatu di luar jangkauan akal setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah yang sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesonanya akan karomah yang dimiliki Beliau, Kiai itu diam seribu bahasa.

Keajaiban lagi, ketika makan dengan para santrinya yang 70 pun nasi yang di sediakan dalam bakul kecil itu tidak pernah habis.


Namun, Kiai ini masih penasaran dan tidak mau kalah begitu saja, setelah makan Kiai tersebut meminta kepada Beliau untuk mengangkat kopeah/peci yang telah “diisi“, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun. Subhanallah .. hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopeah itu melayang-layang.

Selanjutnya Kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom. Kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya.

Abah Anom mengatakan kepada kiai itu : “Abah tidak bisa apa-apa, baiklah” selanjutnya batu itu diusap oleh tangan Abah dan batu itu menjadi air ,subhanallah…

Kiai menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.

Dengan tawadlunya Abah Anom menjawab: “Masya Allah, kenapa permintaan kiai ke Abah berlebihan?, Abah tidak bisa apa-apa. Selanjutnya Abah Anom berkata : “ Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita”. Setelah berdoa Beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah didalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiai. Subhanalllah…

Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketepel, dan ketepel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah, sungguh diluar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh dihadapan Kiai dan Beliau

Setelah kejadian itu, Kiai menangis dipangkuan Abah Anom Akhirnya Kiai memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya.

Kiai itu ditalqin dzikir TQN Setelah ditalqin Kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada dimesjid. Subhanallah….Abdul telah tiada.

Bunga di atas kuburan Abdul yang terletak di area kuburan blok Nyongklang Selajambe Kab. Kuningan tampak masih segar sekalipun sudah tiga hari terpanggang panas terik matahari. Begitu pula gundukan tanah merah tampak terlihat masih basah padahal kuburan sekelilingnya sudah kering bahkan terlihat retak-retak akibat kemarau berkepanjangan.


Sepintas, tak ada yang istimewa pada kuburan tersebut. Sama saja seperti kuburan yang lainnya. Namun sesuatu yang beda akan terasa disana. Wangi bunga akan tercium manakala orang melewati kuburan tersebut. Emangnya, siapa sich, yang “tertidur” di dalam sana? Inilah kisahnya….

Adalah Abdul, seorang laki-laki yang 3/4 usianya dihabiskan dalam lembah kemaksiatan. Di kota Metropolitan, Abdul menjelma menjadi bajingan yang Super Haram Jadah. Ia adalah jagoan yang tak pernah kenal rasa takut. Bagi sesama penjahat, Abdul adalah momok yang menakutkan. Bagi polisi lelaki yang sekujur tubuhnya dipenuhi tato wanita telanjang itu merupakan sosok penjahat yang super licin yang sulit ditangkap karena kepandaiannya menggunakan jampi-jampi sehingga mampu berkelit dari kejaran aparat. Kapanpun dan dimanapun, perbuatan maksiat tak pernah ia lewatkan.

Hingga suatu malam di bulan November 2005….. Niat jahatnya muncul kembali ketika melihat seorang penumpang wanita sendirian di mobil omprengan daerah Plumpang, Jakarta Utara. Bersama dua orang temannya, ditodongkannya pisau ke arah sopir dan kernet yang tidak berdaya menghadapi ancaman tersebut. Keduanya lalu diikat lalu Abdul CS. membawa kendaraan tersebut ke salah satu tempat di Bogor yang sudah mereka persiapkan sebelumnnya.


Sesampainya di tempat, Abdul CS. bermaksud untuk memperkosa wanita cantik tersebut. Dengan cara paksaan, wanita itu -sebut saja Sinta- diminta untuk melayani nafsu binatangnya. Namun Sinta berupaya sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari bahaya sambil berteriak : “Abah, Abah, Abah, tolong saya!”. Subhanalloh, atas kehendak-Nya, disaat Abdul akan melampiaskan nafsu kebinatangannya, tiba-tiba saja “burung” miliknya mendadak terkulai lemas dan ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Begitu juga kedua temannya yang akan memperkosa Sinta mengalami hal serupa. Dalam keadaan seperti itu, Sinta langsung melarikan diri………..

Setelah kejadian tersebut, Abdul CS mengalami nasib naas. Kemaluannya membengkak dan tiga bulan kemudian, dua orang temannya mati mengenaskan akibat “burung”nya MEMBESAR. Untunglah, Abdul cepat sadar. Ia tahu, bahwa peristiwa tersebut merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka yang telah diperbuat. Lalu, ia menemuia salah seorang temannya yang sudah terlebih dahulu insyaf dan bertaubat.

Setelah diutarakan maksud dan kedatangannya, teman Abdul tersebut membawanya ke salah satu Majlis Dzikir dan kemudian bertaubat. Melalui Kiayi yang menuntunnya, iapun tahu bahwa taubat tidak berarti harus menghilangkan seluruh tato yang ada ditubuhnya. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang membaja, Abdulpun mendapatkan Talqin Dzikir dan mengamalkan semua amaliahnya seperti Khotaman meskipun dia hafalkan dari latinnya.

Teman-teman seprofesi dulu di Jakarta banyak yang ia temui sehingga dia memutuskan untuk hijrah dari Jakarta ke kampung halamannya, takut jika niat jahatnya kembali muncul. Di kampung halamannya, masyarakat tidak begitu saja bisa langsung menerimanya, malah menaruh rasa curiga bahkan tak jarang kata-kata pedas sering dilontarkan kepadanya. Berbekal TANBIH dan dzikrullah, ia tetap tersenyum dan berbaik budi. Sehingga akhirnya masyarakatpun dapat menerima, bahwa Abdul telah kembali ke jalan yang lurus.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjadi buruh tani dan pekerjaan serabutan lainnya hanya untuk sesuap nasi sehingga tetap bisa melaksanakan amaliah dzikrullah seperti yang pernah didapatkannya di Jakarta. Hingga akhirnya, pada hari Jum’at di tahun 2006 selepas Subuh, ia dipanggil kembali oleh Allah dalam posisi Tawajuh.

Ketika berusia 23 tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, ia berziarah ke Tanah Suci. Selama Ramadhan, Abah rajin mengikuti pengajian bandungan di Masjidil Haram yang disampaikan guru-guru dari Mekkah atau Mesir.

Ketika di Mekkah, Abah Anom terbiasa tidur di atas pasir di Masjidil Haram (pada masa itu sebagian lantai masjidil Haram masih berupa pasir) dan setiap pagi ia bangun. Ia rajin mengunjungi ribat naqsabandi di jabal Gubaisy untuk muzakarah kitab Sirrul Asror dan Ganiyyat Al-Talibin karya Sayyidi Syeikh Abdul Qodir Aj-Jaelani.

Abah pulang dari Mekkah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939). Ia telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan.

Pengetahuannya meliputi tafsir, hadits, fikih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. Abah Anom dikenal sebagai tokoh Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Ketika Abah Sepuh wafat, pada tahun 1956, Abah Anom memimpin Pesantren Suryalaya.


Banyak tersebar kisah karomah Abah Anom seperti yang dituliskan di buku-buku latar belakang dan perkembangan Pesantren Suryalaya. Ada sebuah kisah tentang Abah Anom menghadapi seorang kapten yang akan menjajal ilmu Abah Anom. Seorang kapten dan anak buahnya mendatangi Pesantren Suryalaya.

Ia membawa sebuah batu kali dari kantongnya sebesar tinju. Batu itu diletakkan di sebelah telapak tangan kirinya, kemudian tangan kanannya satu kali pukul saja batu tersebut telah terbelah dua. Dia berikan kedua belahan batu itu kepada Abah dengan sikap sombong.

Abah Anom mengambil batu itu dan meremas batu itu, kemudian jadilah batu itu hancur laksana tepung. Si kapten terbelalak matanya tetapi ia belum putus asa dan masih penasaran.

Tiba-tiba Abah Anom meminta segelas air kepada tukang masak di dapur, yang segera datang di hadapan Abah Anom. Gelas berisi air itu diberikan kepada si kapten yang dilihatnya ada ikan dalam gelas.

Kapten itu segera bergaya seperti orang yang memancing dan ikan itu seolah terkait di alat pancing. Dia tunjukkan dengan sombong ikan itu terpancing dari gelas itu kepada Abah Anom.

Tetapi, tiba-tiba di lantai, di hadapan si kapten menggeletar seekor ikan besar yang kemudian dengan isyarat jari telunjuk saja oleh Abah Anom, ikan itu seperti terkait dengan pancingan telunjuk Abah Anom.

Belum sempat sang kapten menunjukkan ketakjubannya lagi, Abah Anom seolah memegang ketapel, dia mengarahkan ketapel itu ke atas atap rumah dan sesudah ditariknya tiba-tiba jatuhlah seekor burung yang rupanya kena tembakan ketapel.

Sang kapten bersujud di depan Abah Anom, diletakkannya lututnya kepada lutut Anom Anom, mengaku kalah dan meminta maaf, serta minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan Pesantren Suryalaya.

Kumpulan Amalan mahabbah Terdasyat

 


Kumpulan Amalan mahabbah Terdasyat


Mengamalkan mahabbah tentunya hanya sebagai sarana memohon kepada Allah, yang menentukan semua

adalah Allah, bukan kekuatan mantra yang diamalkan. Mengamalkan Mahabbah tentunya harus diikuti

dengan niat dan tujuan yang benar, bukan digunakan dengan maksud yang jelek, karena semua perbuatan

manusia akan kembali kepada diri, Andai kata sebuah mahabbah khusus dikirim kepada seseorang

dengan maksud hanya untuk dibuat main-main atau bermaksiat kepada Allah, maka ia harus

mempertanggungjwabkan semua perbuatanya kepada Allah khususnya kelak di akhirat, maka seyogyanya

mahabbah digunakan dengan tujuan yang baik.


Mahabbah, ada dalam berbagai literatur dan banyak juga macamnya. secara garis besar dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu mahabbah umum dan mahabbah khusus. Ada yang dengan puasa ada yang tanpa

puasa tetapi menggunakan media tertentu sebagai piranti.


Mahabbah umum digunakan oleh para pejabat, para penguasa, para muballigh dengan tujuan agar

berwibawa, disenangi, dihormati. Mahabbah khusus digunakan oleh pria atau wanita yang ditujukan

kepada orang tertentu untuk menimbulkan rasa cinta dengan maksud untuk ditarik dalam hubungan

pernikahan.


MAHABBAH 1


1. Hadiah Al-Fatihah kepada nabi Muhammad SAW 1 kali

2. Hadiah Al-Fatihah kepada malaikat Jibril AS 3 kali

3. Hadiah Al-Fatihah kepada orang yang dituju 1 kali

4. Baca mantra dibawah ini pada malam hari


Bismillaahir Rohmaanir Rohiim. Roh idlofi sing mengku roh mani. Rohku kumpulo rohe si ....... Rohe

si...... kumpulo roh ku. Serep sedep kherut katut saking kersane Allah. Laa ilaaha illalloh

Muhammadur Rosululloh.


5. Caranya : puasa tiga hari. umpama puasa mulai hari Selasa mantra dibaca pada malam Rabu setelah

tengah malam.


1. MAHABBAH SI BAYANG-BAYANG


Bismillahirrahmannirrahim

Kucur manik, kucur manik

Kau ditikahkan dikalam Allah

Darah abang mengandi ibumu

Darah putih mengad rame

Terlilit hati si...... kepadaku

Hai malaikat si bayang-bayang

Gari adikku!

Pergi siang datanglah siang

Pergi malam pulang malam

Kalau tak mendengarkan kataku,

Kau-lah disumpah Allah Ta’ala


Tata cara lelakunya :

• Shalat hajat 2 rakaat pada tengah malam (usahakan pada waktu si Dia/sasaran telah tidur lelap).

• Setelah shalat, baca amalan ilmu malaikat sibayang-bayang dengan kelipatan 10 (10,20,30,………dst),

sampai Anda merasakan seakan-akan ada yang berangkat ke luar dari tubuh Anda.

• Selama membaca jangan lupa tiada henti-hentinya membayangkan wajah si Dia


2. AJI ASMORO


Khususon ila ruhi .........( namanya sebutin )........Innahumin Sulaimana wa Inna hu

Bismillahirrohman nirrohim......dibaca 7x tahan nafas

Sun matek ajiku aji - aji asmoro kanthil siro...( sebutin namanya )...meluo marang aku..

( sebutin nama lo )...melu melu melu saking kersaning Gusti Moho Agung....baca 11x...setiap

baca 1x tahan nafas...

Sembah sujudku dumateng Gusti Moho Agung...lan sungkemku dumateng Prabu sing dadi lananging

Mojopahit...


3. AJI ASMORO GENI


Mantra ini khusus buat pasangan sejenis (lesbi, homo ) dan tidak dapat digunakan untuk lain jenis.


Ingsun amatek ajiku aji asmoro geni kamahayu

Ewan ewan pusoko jiwo nyemplung marang dhadaku

teko welas teko tresno, teko kedep teko asih

saking kersaning jiwo kamahayu


mantra ini dibaca 7x sambil tahan nafas dan dilakukan sambil memegang dan membelai kain sutra

putih dan bayangkan wajah orang yang dituju. Dibaca tiap-tiap malam menjelang tidur

selama 7 hari. dihari ke 7 temui orang yang dimaksud.


4. PUTER GILING SUKMA


Syarat2


Puasa 1 hari 1 malam, yang dimulai pada pukul 6 sore pada hari saptu dan buka pada pukul 6 sore

pada hari minggu. Selama puasa tidak boleh tidur.


Mantra dibaca 33x usai maghrib pada hari saptu dan minggu.


Pada malam hari, pusatkan pikiran pada orang yang dituju.


Mantranya :


"Ajiku pengasih puter giling sukma, tak jaluk guro kuasamu jabang bayine...........................

elingo lan senengono lahir batin marang aku seneng(3x) kesemsem(3x) lahir batin marang..............

.(PEMOHON)

uber aku(3x), kersaning gusti".


Catatan :


-> Baris kosong titik (............) pada jabang bayine diatas, disebutkan nama orang yang dituju.


-> Baris kosong titik (................) pada lahir batin marang .....(PEMOHON) disebutkan nama

anda sendiri.

Asmara Menyan Putih


Syarat2


Puasa mutih 3 hari 3 malam yang dimulai selasa kliwon

Petigeni 1 hari 1 malam

Selama puasa dan petigeni, mantra dibaca 13x pada tengah malam sambil membayangkan wajah orang

yang dituju dan disertai dengan membakar menyan putih.


Adapun mantra yang dibaca :


"Bismillah, niat ingsun ngadeg ana ing tengahing jagat, dudu jagat sipate alam jagat, turuning urip

ajiku si menyan putih, apa kuasane siro ingsun kongkon, lebokna lebune badan, badane sijabang

bayine ........................kumpulna karo aku obahna rasane, teka madep weruh ing uripku,Ya

ALLAH, Ya Muhammad".


Catatan :


Baris kosong pada titik (........) diatas, disebutkan nama orang yang dituju

AJIAN PELET


Cara lelakunya :

1. Ayat Qursyi 1x

2. Al-Ikhlas 3x

INGAT! INI TANPA PUASA APAPUN!

Kedua surat tersebut dibaca sambil menahan nafas. Dan membacanya sebelum Anda keluar rumah.

Niatkan hati Anda bila ingin bertemu dengan seseorang yang Anda taksir.

Setelah bertemu, jabat tangannya.... Dan ucapkan "HATIMU HATIKU, HATIKU HATIMU". Diucapkan didalam

hati. Orang tersebut akan mengingat Anda.

Silahkan mencobanya.....


5. Doa Mahabbah Surat Yaasin ayat 72



Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan

mereka dan sebahagiannya mereka makan.


Bacakan sebanyak 72 kali, tiupkan kepada makanan atau minuman yang akan disuguhkan kepada target,

tapi jangan digunakan untuk hal yang tidak baik, inget setiap perbuatan akan menuai akibatnya.



6. KEISTIMEWAAN LAFADH DZIKIR YANG AMPUH UNTUK MAHABBAH


INILAH LAFADH DZIKIRNYA:


YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA ALLAH, YAA LAA ILAAHA

ILLAALLAAH MUHAMMADUR RASULULLAH SUBHAANALLAH WAL HAMDULILLAH WALAA ILAHA ILLAALLAHU AKBAAR

WALAAHAULA WALAAQUWWATA ILLAA BILLAAHIL ALIYYIL ADLIIMI INNAKA ALAAKULLI SYAI’IN QADIIRUN.


Caranya: Bacalah tiga ratus tiga belas kali pada malam jum’at selesai sholat tahajjud

sebelas rakaat dengan betul-betul mohon kepada Allah dan memusatkan pikiran kepada orang yang

dituju (di idamkan).


Untuk lebih cepatnya berhasil, bacalah pada tiap-tiap malam. Kita tahu! Dzikir mahabbah ini pernah

dicoba beberapa orang bujangan dan berhasil atas izin Allah.


 


7. Mahabbah Hebat Tapi Mudah Diamalkan


Untuk yang mencari ijazah do’a pengasihan/mahabbah yang ampuh dan dahsat namun mudah diamalkan/cukup

harus sabarsaja.Risalahnya:


1.Wudlu yang sempurna.


2.Sholatlah hajat dua rekaat mohon pertolongan Allah.


3.Bacalah Al Fatichah untuk Nabi Muchammad S.A.W dan para Nabi, Rosol, Waliyyullah di sekitar

tempat tinggal anda dan di sekitar tempat tinggal orang yang anda tuju. Lalu baca Al Fatichah

sekali ditujukan orang yang kita cinta agar mencintai kita dengan izin Allah.


4.Baca Ta’awudz dan Basmalah lalu baca dengan ikhlash:


“Shollallahu ‘alaihi wasalam,gilar-gilar ing tengah,asih ayu leksono,yo moyo langgeng tan keno ing

pati.gilar-gilar ing tengah,kepyur-kepyur ing ngarepku,remu-remu ing mburiku,lerep tengen,bundel

kiwo.jabang bayine si…binti…(si…bin…/nama yang dituju+ayahnya) saiki asih marang aku.asih saking

karsane Allah Ta’ala. La ilaha illallah,Muchammadur rosullah,Shollallahu ‘alaihi wa salam.”


5.Baca ayat ke-72 dari Suroh Yasin sebanyak 99 kali


،،وذللنہالھم فمنہارکوبہم ومنہایأکلون،،


(Wa dzallalnahaa lahum faminhaa rokuubuhum waminhaa ya’kuluun)


(Tulisan yang berwarna biru adalah doa, hanya menggunakan bahasa jawa saja, bisa dirubah menjadi

bahasa Indonesia , apapun bahasanya adalah sama doa.)



Mahabbah Khusus Kepada Wanita Yang Akan Dikawin


Mahabbah ini khusus untuk lelaki yang mencintai seorang wanita yang hendak dijadikan istrinya.

Maka agar wanita tersebut betul-betul mencintainya usahakanlah dengan mengamalkan mahabbah, dengan

aturan sebagai berikut :


Pada hari Kamis berpuasa karena Allah.


Kemudian tengah malamnya (malam Jum’at) sekitar jam 3 malam, bangun untuk mengerjakan shalat hajat

2 reka’at.


-Reka’at pertama setelah membaca Surat “AL FATIHAH” membaca surat “ALAM NASYRAH”. Reka’at kedua,

setelah membaca surat AL FATIHAH membaca surat “AL KAUTSAR”.


Setelah salam, lalu membaca ayat dibawah ini sebanyak 3 kali. Setiap selesai sekali diselingi

dengan membaca do’a dibawah ayat ini sekali, demikian hingga 3 kali (terus menerus). Inilah ayat

dan do’a yang dibacanya :


FA IN TAWALLAU FAQUL HASBIYALLAAHU LAA ILAAHA ILLAHUWA’ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ‘ARSYIL

‘ADHIIM. 3 kali.


(Apabila mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah : Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan

selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakkal dan Dia adalah dzat (Tuhan)Yang memiliki arasy yang

agung).


ALLAHUMMA YAA RABBI ANTA HASBII ‘ALAA FULAANATA BINTI FULAANATA ‘ATH-THIF QALBAHAA ‘ALAYYA WA

SAKHKHIRLII QALBAHAA WA DZALLILHA LII WA HABBIBNII ILAIHAAHATTAA TA’TII ILAYYA KHAA DLI’ATAN

DZALIILATAMM MIN GHAIRI MAHLATIN WASYGHALHAA BIMA HABBATII INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR.


Ya Allah ya Tuhan kami, Engaulah yang mencukupkan kami pada si anu binti si anu

(sebut namanya dan ibunya) cenderungkanlah hatinya kepada kami dan paksalah hatinya untuk kami dan

kasihanilah ia untuk kami dan cintakanlah kami kepadanya, sehingga ia datang dengan merunduk lagi

kasih sayang tanpa menunda-nunda dan sibukkanlah hatinya untuk meencintai kami. Engkau adalah

kuasa atas segala sesuatu.


 

Kunci Membuka 7 Lathoif

 Kunci Membuka 7 Lathoif


Kunci Membuka 7 Lathoif pada kesempatan kali ini kita kupas untuk menambah wawasan dan wacana dalam dunia ilmu ghaib terutama bab ilmu hikmah versi islam. Kunci Membuka 7 Lathoif banyak di share dan di kupas di berbagai blog namun masih banyak yang membingungkan bagaimana cara praktisnya

untuk membuka lathoif yang ada pada tubuh kita.

Kunci Membuka 7 Lathoif bahkan banyak metode bahkan ada pula yang berbayar jutaan rupiah hanya sekedar mengetahui bagaimana membuka lathoif tubuh kita ini, banyak perguruan, lembaga, yayasan, paranormal islami, dsb yang mengkomersilkan ilmu ghaib dengan ragam trik dan tatacara, bahkan

banyak kemungkinan ilmu yang diajarkan mencomot artikel dari sana sini lalu diajarkan. Kunci Membuka 7 Lathoif bukan barang komersial cukup di gurukan pada kyai tarekat yang anda ikuti, maka dijamin tidak akan tersesat dalam menjalani keilmuan. Kunci Membuka 7 Lathoif yang kami berikan ini salah satu cara praktis membuka lathoif yang ada pada tubuh kita, artikel terkait saya ambil dari beberapa nara sumber sekedar untuk melengkapi bab Kunci Membuka 7 Lathoif.


Berikut ini 7 Lathoif yang perlu anda ketahui:

1. Latifatul-qolby

Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya, Insya Allah pada

tingkat ini digantidengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Latifatul-roh

Di sini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah sususebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah di isi dengan khusyu’ dan tawadhu’.

3. Latifatus-sirri

Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah danpendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya

Insya Allahdiganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah.

4. Latifatul-khafi

Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari diatas sususebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat

syukur dansabar.

5. Latifatul-akhfa

Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, , letaknya ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat

ikhlas, khusyu’,tadarru dan tafakur.

6. Latifatun-nafsun-natiqo

Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-angan, , letaknya tepatdiantara dua kening, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan

sifat-sifat tenteramdan pikiran tenang.

7. Latifah kullu-jasad

Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh

mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kitabuat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal.


Mengenal lathifah lathifah batin dan tarekat sufi Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakupsecara esensial tentang jalan sufi dalam

melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada

aktivitasaktivitas, yang meliputi:


Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.

Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.

Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora

cintanya.


Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh

manusia.

Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa

Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah

Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah

Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah

Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah

Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah.


Hal ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:"Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu

(tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), didalamnya lagi ada lubbun (merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada

sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada "Aku".Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusiayang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar di atas.Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri

(perintah) Allah : "Kun fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan)bersifat material.

Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allahmenitipkan kelima lathifah tersebut ke dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat. Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka

tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah. Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata lain bertempatnya lathifahyang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai kendaraan media

bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaanantara kehidupan

jasmaniah dan rohaniah).

Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah kedalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta

dengan sempurna, maka Allah memerintahkanruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah: "Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang,maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa,maka kamupun akan keluar dengan terpaksa". Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata,selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki.Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruhmenjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah.

Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri.Sebagaimana firman Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37).Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan.Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).

Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah menambahkanruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah adabersama dengan masuknya ruh al-hayat.

Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telahsempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusiadapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima

taklif syari' (kewajiban syari'at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokuspembahasan lathifah (kesadaran).

Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaranmanusia.

Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dankarakteristiknya.Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yangbersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah.

Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai mediabereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia.Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala.

Lathifah ini pula yangdimaksudkan sabda Nabi "Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu".Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusatgelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat"channelnya". Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah inimemiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan

(di luar kemampuan indera fisik).Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah

al-ruh adalah suatuidentitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dandiketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini

terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan.Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam

sifatbahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah sajayang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.

Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem interiorisasilathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al

Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran,yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam.Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H),dan Ibnu Arabi (637 H).

Setelah ia mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalahhamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar).Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yangbaik, ia juga merupakan sarangnya sifat

sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapatmerasakan fana'fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaanistilah ini mengacu kepada hadis Nabi : "Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi".Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah.

Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan denganlimpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad,kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada danberhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan.Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan'isyq (kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w.sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi,.Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam

upayakontemplasi, yaitu:Pertama qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, danKetiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.Dengan demikian proses ma'rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil 'alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidaklepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan

kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.


Kunci Membuka 7 Lathoif:

1. Langkah pertama, niatkan untuk membuka/ membersihkan lathoif di tubuh satu-persatu,

2. Kemudian mulai membaca: ta'awudz 7x,bismillah 7x,hauqollah 7x, dan al fatehah 1x dalam keadaan tahan nafas yang di niatkan pada satu-persatu titik lathoif,

3. Setelah itu niatkan untuk mengarahkan energi dengan memvisualisasi cahaya putih untuk disalurkan dari tulang ekor naik sampai di atas kepala hingga ubun-ubun.

4. Sesaat setelah ada sensasi rasa diatas kepala semacam angin semilir di ubun-ubun maka anda mulai dzikir: laa ilahaa illallah 1 putaran tasbih yang di niatkan pada satu persatu lathoif

tersebut,

5.Kemudian baca doa pembuka lathoif berikut ini,

اَنْتَظِرُ وُرُودَ الْفَيْضِ مِن َالذَّاتِ الَّذِىْ مَعِىْ وَمَعَ كُلِّ ذَرَّةٍ مِنْ ذَرَّاتِ الْعَلَمِ عَلَى ...... بِواسِطَةِ مَشَائَحِناَ الْكِراَمِ تَعاَلىْ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ

“Antadziru wuruudalfaidhi minadzzaatilladzii ma’ii wama’a kulli dzarratim min dzarratil ‘alami

‘alaa ........ biwasyithati masyaa ‘ikhinal kirami ta’alaa ‘alaihim ajma’iin.”

Artinya : “Aku menanti turunnya limpahan dari dzat yang beserta aku dan beserta setiap

dzarrah alam, dengan ........ saya, dengan perantaraan para orang – orang shaleh (syaikh) yang

mulia – mulia, semoga Allah ridha kepada beliau – beliau sekalian.”

Catatan: titik-titik diatas silahkan isi dengan diniatkan untuk membuka/ membersihkan...nama satu persatu lathoif tersebut. Lakukan selama 7 hari berturut-turut dan anda akan mengalami suatu hal positif mendapat pencerahan ilahi dengan terbuka hijab-hijab penghalang, sehingga ibadah semakin khusyuk dan mempermdah memahami ilmu agama terjauh dari sifat-sifat buruk.

Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah

Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah


Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah adalah motode spiritual membuka serat tubuh manusia dengan tehnik penempatan lafal huruf hijaiyah yang ada pada tubuh kita. Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah suatu ilmu inti dari induk ilmu islami secara spiritual baik ilmu hikmah maupun kharomah.

Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah jika terbuka khasafnya maka banyak manfaat yang akan di peroleh secara laduniyah bab ilmu Djohir maupun bathin. Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah dasar meraih pencerahan spiritual para jawara muslim dan para waliyullah. Kunci Serat Tubuh Nur Huruf

Hijaiyah banyak dipakai perguruan silat, yayasan supranatural dengan diajarkan guna muridnya mencapai tingkat spiritual tinggi, dengan mahar atau biaya yang beragam dari mahar seikhlasnya sampai puluhan juta rupiah. Walau disini disampaikan secara free bin gratis, saran kami harap di

gurukan agar mendapat bimbingan dari seorang guru agar terhindar dari tipu daya jin dan syaiton.

Rahasia Huruf Hijaiyah


بسم الله الرحمن الرحم


مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً


“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap

orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari

karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.

Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman

yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan

tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada

orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang

besar.” (QS. AL-FATH ayat 29),


Ada dua puluh sembilan huruf Hijaiyah. Awalnya adalah alif, kemudian ba, kemudian ta, dan akhirnya

adalah ya. Huruf kedua, Ba, merangkum semua pengetahuan tentang wujud semesta. Ba adalah Bahr,

Samudera. Setiap wujud sejatinya meng-ada di dalam “samudera” abadi ini. Renungkanlah perlahan

sekali…


Ba-Bahr Al Qudrah-Samudera Kehendak

Tubuh kita dan segala benda-benda, air yang kita teguk dan udara yang kita hirup, segala yang kita lihat sentuh dan rasakan, padat cair dan gas, semuanya terbangun dari atom-atom. Kita semua sudah tahu itu. Meski atom bukanlah elemen terkecil dari benda-benda, sebagaimana telah ditunjukkan oleh

para ahli fisika kuantum, mari kita batasi perjalanan kita hanya sampai di atom ini. Inti atom (nucleus) merupakan pusat atom. Seberapa besar inti atom ini? Jika kita perbesar ukuran sebiji

atom menjadi sebesar bola berdiameter 200 meter, maka besarnya inti atom adalah sebesar sebutir debu di pusatnya.


Hebatnya, sebutir debu ini membawa 99,95% massa atom seluruhnya yang dipadatkan oleh strong nuclear force ke dalam partikel proton. Sementara elektron-elektron sangatlah ringan dan bergerak mengelilingi proton pada jarak yang jauh sekali. Seberapa jauh? Jika kita perbesar ukuran elektron

menjadi sebesar biji kelereng, maka jarak antara elektron ini ke inti atom adalah sejauh satu kilometer! Ada apa di antara elektron dengan proton? Tidak ada apa-apa. Hanya ruang kosong semata

sepanjang jarak satu kilometer itu!


Sebutir garam terdiri dari banyak sekali atom. Jika kita bisa menghitung satu milyar atom dalam sedetik, maka kita membutuhkan lebih dari lima ratus tahun untuk menghitung jumlah seluruh atom di dalam sebutir garam saja! Atom-atom itu secara rapi membangun wujud sebutir garam. Dan di dalamnya

terbentang ruang kosong di antara atom-atomnya. Sebagaimana samudera. Sebutir garam mewujud di dalamnya. Ia “berenang” dan meng-ada di dalamnya. Juga kita dan semua benda-benda.


Wujud kita sejatinya selalu berada di dalam samudera ruang kosong….di dalam samudera atomis

gaya-gaya….di dalam samudera kehendakNya (Bahr al-Qudrah)…


Dari Husein bin Ali bin Abi Thalib as. :

Seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as

bersama Nabi.

Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad SAW : “apa faedah dari huruf hijaiyah?”

Rasulullah SAW lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib as, “Jawablah”.

Lalu Rasulullah SAW mendoakan Ali, “ya Allah, sukseskan Ali dan bungkam orang Yahudi itu”.

Lalu Ali berkata : “Tidak ada satu huruf-pun kecuali semua bersumber pada nama-nama Allah swt”.

Kemudian Ali berkata :


Alif (ا): Ismullah (nama Allah), yang tiada Tuhan selain-Nya. Dia selalu hidup, Maha Mandiri dan

Mahakuasa.

Ba’ (ﺏ): al Baqi’ (Mahakekal), setelah musnahnya makhluk.

Ta (ﺕ): al Tawwab (Maha Penerima Taubat) dari hamba-hamba-Nya.

Tsa’ (ﺙ): al Tsabit (Yang Menetapkan) keimanan hamba-hamba-Nya.

Jim (ﺝ) : Jalla Tsanauhu (Yang Mahatinggi Pujian-Nya), kesucian-Nya, dan nama-nama-Nya yang tiada

berbatas.

Ha’ (ﺡ): al Haq, al Hayyu, wa al Halim (Yang Mahabenar, Mahahidup, dan Mahabijak).

Kha (ﺥ): al Khabir (Yang Mahatahu) dan Mahalihat. Sesungguhnya Allah Mahatahu apa yang kalian

kerjakan.

Dal (ﺩ): Dayyanu yaumi al din (Yang Mahakuasa di Hari Pembalasan).

Dzal (ﺫ): Dzu al Jalal wa al Ikram (Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).

Ra (ﺭ): al Rauf (Mahasayang).

Zay (ﺯ): Zainul Ma’budin (Kebanggaan Para Hamba).

Sin (ﺱ): al Sami al Bashir (Mahadengar dan Mahalihat).

Syin (ﺵ): Syakur (Maha Penerima ungkapan terima kasih dari hamba-hamba-Nya).

Shad (ﺹ) : al Shadiq (Mahajujur) dalam menepati janji. Sesungguhnya Allah tidak mengingkari

Janji-Nya.

Dhad (ﺽ): al Dhar wa al Nafi (Yang Menangkal Bahaya dan Mendatangkan Manfaat).

Tha (ﻁ): al Thahir wal al Muthahir (Yang Mahasuci dan Menyucikan).

Zha (ظ): Zhahir (Yang Tampak dan Menampakkan Kebesaran-Nya).

‘Ain (ﻉ): al ’Alim (Yang Mahatahu) atas segala sesuatu.

Ghain (ﻍ): Ghiyats al Mustaghitsin (Penolong bagi yang memohon pertolongan) dan Pemberi Perlindungan.

Fa (ف): Yang Menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan.

Qaf (ﻕ): Yang Mahakuasa atas makhluk-Nya.

Kaf (ﻙ): al Kafi (Yang Memberikan Kecukupan) bagi semua makhluk, tiada yang serupa dan sebanding

dengan-Nya.

Lam (ﻝ): Lathif (Mahalembut) terhadap hamba-hamba-Nya dengan kelembutan khusus dan tersembunyi.

Mim (ﻡ): Malik ad dunya wal akhirah (Pemilik dunia dan akhirat).

Nun (ن): Nur (Cahaya) langit, cahaya bumi, dan cahaya hati orang-orang beriman.

Waw (ﻭ): al Wahid (Yang Mahaesa) dan tempat bergantung segala sesuatu.

Haa (ه): al Hadi (Maha Pemberi Petunjuk) bagi makhluk-Nya. Dialah yang menciptakan segala sesuatu

dan memberikan petunjuk.

Lam alif (لآ): lam tasydid dalam lafadz Allah untuk menekankan keesaan Allah, yang tiada sekutu

bagi-Nya.

Ya (ﻱ): Yadullahbasithun lil khalqi (Tangan Allah terbuka bagi makhluk). Kekuasaan dan kekuatan-Nya

meliputi semua tempat dan semua keberadaan.


Rasulullah lalu berkata “Inilah perkataan dari orang yang telah diridhai Allah dari semua

makhluk-Nya”.

Mendengar penjelasan itu maka yahudi itu masuk Islam.


Dari Ibrahim bin Khuttab, dari Ahmad bin Khalid, dari Salamah bin Al Fadl, dari Abdullah bin Najiyah, dari Ahmad bin Badil Al Ayyamy, dari Amr bin Hamid hakim kota ad Dainur, dari Farat bin as Saib dari Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas dan sanadnya Rosulullah SAW, ia berkata: “Segala

sesuatu ada penjelasan (tafsir)nya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya”.Ilmu Huruf dan Rahasianya

Ketika huruf hijaiyah terbagi menjadi 28 makhraj (pengucapan huruf) dan setiap makhraj merupakan manzilah dari manzilah-manzilah bulan yang jumlahnya juga 28, maka tersusunlah huruf-huruf itu ke dalam susunan Abjad. Dan huruf-huruf itu terbagi menjadi:


Pertama: Bertitik dan tidak bertitik, menggambarkan nathiq (bicara) dan shamit (diam).

Kedua: Mengandung empat unsur, yaitu:

- Unsur api : alif, haa’, tha’, shad, mim, fa’, syin.

- Unsur udara : ba’, wawu, ya’, nun, shat, ta’, dha’.

- Unsur air : jim, za’, kaf, sin, qaf, tsa’, zha’.

- Unsur tanah : ha’, lam, ‘ain, ra’, kha’, ghain.


Ketiga: Dari segi kesendirian dan tidaknya, terbagi menjadi: mufradah, matsani dan matsalis.

Mufradah adalah huruf-huruf Muqaththa’ah (yang terdapat di awal surat Al-Qur’an) seperti huruf alif, kaf, dan lam. Matsani seperti dal, dzal, sampai fa’ dan qaf. Matsalis seperti ba’ sampai kha’ dalam susunan Abatatsa. Dari sisi nuqthah (titik): ada yang satu, dua, dan yang tiga.


Keempat: Malfuzhi, masruri, dan malbubi. Malfuzhi adalah huruf yang dalam pelafazhan atau pengucapannya tidak sama antara huruf pertama dan huruf terakhir, misalnya alif dan jim.Masruri

adalah huruf yang dalam pengucapannya sama antara huruf pertama dan huruf terakhir, misalnya mim, nun, dan wawu. Malbubi adalah huruf yang pengucapannya terdiri dari dua huruf, misalnya ba, ta; huruf ini juga disebut huruf ‘illiyyah.


Kelima: Mufashshalah dan Muwashshalah. Mufashshalah adalah huruf yang hanya bisa disambung dengan huruf sebelumnya, yaitu alif, wawu, dzal, ra’, za’, dan dal. Muwashshalah adalah huruf yang bisa disambung dengan huruf sebelum dan sesudahnya.


Keenam: Huruf cahaya dan huruf kegelapan. Huruf cahaya adalah: shat, ra’, alif, tha’, ‘ain, lam, ya’, ha’, qaf, nun, mim, sin, kaf, ha’. Yang semuanya terhimpun dalam kalimat:

صِرَاطُ عَلِيٍّ حَقٌّ نُمْسِكُهُ

Jalan Ali benar kita pegang teguh


Dan selain huruf-huruf tersebut adalah huruf kegelapan. Coba kita perhatikan nama-nama semuanya didominasi oleh huruf-huruf cahaya kecuali “Al-Wadûd”.


Ketujuh: Huruf mudghamah (tersembunyi) dan muzhharah (nampak). Masing-masing berjumlah 14 sama dengan pembagian jumlah manzilah bulan. Yang nampak selalu berada di atas bumi, dan yang tersembunyi selalu berada di bawah bumi.

Huruf Mudghamah adalah huruf yang bila diawali (Al) bunyi Al-nya tidak nampak, misalnya Ra’ dan Dal.

Huruf Muzhharah adalah huruf yang bila diawali (Al) bunyi Al-nya nampak, misalnya ba’, jim.


Hukum huruf-huruf tersebut memiliki rahasia yang menakjubkan. Misalnya, dalam susunan Abatatsa, “alif” merupakan huruf zat Yang Maha Suci, yakni Al-Awwalu wal Akhiru. Adapun khalifah huruf “alif” adalah “ya'” dan “wawu”, keduanya termasuk huruf layyinah dalam menjelaskan semua huruf, sebagaimana

wujud Yang Maha Suci adalah sumber dari semua wujud, dan hal ini terkandung dalam doa, misalnya:

يا من كل شيئ قائم بك

Wahai Zat yang segala sesuatu terwujud karena keberadaan-Mu


Tak ubahnya kwalitas suara dan perbedaannya terjadi di udara karena ketergantungan gelombang pada sumber gelombang.

Karena itu kita tidak akan menemukan dua bentuk yang sama dalam semua wujud berdasarkan hukum penampakan Ahadiyah (hukum Alif dan ba’) dan penampakan nama “Man laysa kamitslihi syay-un ” (Dia yang tidak diserupai oleh segala sesuatu). Demikian juga kita tidak akan mendapatkan dua suara dalam wujud yang sama, sebagaimana hal ini digambarkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:


وَ مِنْ ءَايَتِهِ خَلْقُ السمَاوَاتِ وَ الأَرْضِ وَ اخْتِلاََف أَلْسِنَتِكمْ وَ أَلْوَانِكمْ إِنَّ فى ذَلِك لاَيَاتٍ لِّلْعَلِمِينَ


“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan bahasa dan warna kulitmu, sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi semesta alam.” (Ar-Rum: 22).


Allah Maha Mendengar suara ini dan semua suara yang kwalitasnya telah terjadi dan akan terjadi di udara, dengan satu pendengaran yang sifatnya hudhuri dan isyraqi (pengenalan tingkat rasa).

(Disarikan dari kitab Syarah Doa Jawsyan Kabir, Sabzawari)


Kunci Serat Tubuh Nur Huruf Hijaiyah yakni 30 kunci huruf hijaiyah yang berada di tubuh manusia

antara lain yaitu:

1. alif = hidung

2. ba' = mata

3. ta' = tempat mata(lubang tempat mata)

4. tsa' = bahu kanan

5. jim = bahu kiri

6. ha = tangan kanan

7. kha = tangan kiri

8. dal = telapak tangan kanan dan kiri

9. dzal = kepala dan rambut

10. ro' = rusuk kanan

11. zai = rusuk kiri

12. sin = dada kanan

13. syin = dada kiri

14. shod = pantat kanan

15. dhod = pantat kiri

16. tho' = hati

17. zho'= gigi

18. ain = paha kanan

19. ghoin = paha kiri

20. fa' = betis kanan

21. kof = betis kiri

22. kaf = kulit

23. lam = daging

24. mim = otak

25. nun = nur/cahaya

26. wau = telapak kaki kanan dan kiri

27. ha' = sungsum tulam

28. lam alif = manusia utuh

29. hamzah = memenuhi segala

30. ya' = mulut/manusia


Affirmasi:

Ya ALLAH saya minta kunci dengan ……(di isi dengan salah satu yang mau di bangkitkan penempatannya

yakni huruf Alif samapi Ya')………….

Contoh:

Ya ALLAH saya minta kunci dengan ALIF


30 kunci dipakai untuk membersihkan bagian bagian tubuh dari hal -hal yang negatif.sehingga tubuh dapat berfungsi normal.dan tentunya meningkatkan tingkat kita dalam hal dunia dan spiritual..

Catatan:

Artikel ini sekedar sebagai referensi bahan kajian. Dan sebenarnya masih banyak lagi kajian mengenai ilmu huruf ini, yaitu diantaranya mengenai ilmu huruf dan lain sebagainya Yang mana

kajian itu tidak saya tampilkan di sini karena sudah terlalu jauh dari prinsip dasar.


Huruf hijaiyah itu adalah Intisari Asma-asma Allah Ta’ala. Hanya Allah swt, saja yang Maha Mengetahui rahasianya. Bila ada seorang Ulama Sufi dibukakan rahasia huruf, itu pun masih sebagian kecil sekali, dibanding samudera rahasia huruf itu sendiri.


Allah swt, tidak memerintahkan kita agar menyelidiki rahasia-rahasia ghaib yang tersembunyi dibalik huruf-huruf hijaiyah. Kecuali jika Allah swt, menghendaki hambaNya untuk mengetahuinya, Allah swt membukakan hijab huruf itu. Dan itu pun hanya kurang dari setetes samuderaNya hakikat huruf yang

tiada hingga. Oleh karena itu, janganlah kita membatasi diri terhadap rahasia dan karunia ilmu dari Allah SWT.


Prinsip Dasar Al Hikmah:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman.” (Al-Isra`: 82)

“Katakanlah: ‘(Al-Qur`an) itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman’.”

(Fushshilat: 44)

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al-Hasyr: 21)

Dari Syifa` bintu Abdullah radhiallahu ‘anha:


أَنَّهَا كَانَتْ تُرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَلَمَّا جَاءَ اْلإِسْلاَمُ، قَالَتْ: لاَ أَرْقِي حَتَّى اسْتَأْذَنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَيْتُهُ فَاسْتَأْذَنْتُهُ. فَقَالَ عَنْهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ارْقِي مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهَا شِرْكٌ


“Dahulu dia meruqyah di masa jahiliyyah. Setelah kedatangan Islam, maka dia berkata: ‘Aku tidak meruqyah hingga aku meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu dia pun pergi menemui dan meminta izin kepada beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: ‘Silahkan engkau meruqyah selama tidak mengandung perbuatan syirik’.” (HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan yang lainnya. Al-Huwaini berkata: “Sanadnya muqarib.” Ibid, hal. 220).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah maka dia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. At-Tirmidziy 5/175, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/9 serta Shahiihul Jaami’ Ash-Shaghiir 5/340)

Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan sobat sekalian.

Karomah Kyai Haji Abbas Buntet Dalam Pertempuran 10 November

 Karomah Kyai Haji Abbas Buntet Dalam Pertempuran 10 November


Salah satu kiai yang menjadi pejuang pada masa revolusi ialah Kiai Abbas bin Abdul Jamil, Buntet Cirebon. Kiai Abbas merupakan kiai kharismatik, yang dikenal karena pengetahuan keislaman, keteduhan spiritual dan kekuatan ilmu kanuragan yang menjadikan beliau sebagai rujukan dalam perang kemerdekaan. Kiai Abbas, dikenal sebagai Angkatan Udara Nahdlatul Ulama, yang menghancurkan beberapa pesawat tempur tentara NICA, dalam perang kemerdekaan di Surabaya, November 1945. Uniknya, Kiai Abbas menggunakan bakiak, tasbih dan butiran pasir sebagai senjata untuk merontokkan pesawat tempur musuh. Bagaimana kisahnya?


KYAI ABBAS bin ABDUL JAMIL merupakan salah seorang ulama legendaris Nahdatul Ulama (NU) yang terkenal dengan keberanian dan kesaktiannya dalam pertempuran 10 November 1945 yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan.


Putra sulung Kiai Abdul Jamil, putra Kiai Mutaad yang juga menantu Mbah Muqqayim, pendiri Pondok Pesantren Buntet dan salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon ini lahir pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H (1879 M) di Pekalangan, Cirebon.


Kiai Abbas pertama mengenal dan belajar ilmu agama Islam dari ayahnya KH Abdul Jamil, lalu di Pondok Pesantren Sukanasari, Plered, Cirebon di bawah asuhan Kiai Nasuha. Kemudian, dia pindah ke Pesantren Salaf di Jatisari di bawah asuhan Kiai Hasan.


Merasa belum cukup menguasai ilmu agama Islam, Kiai Abbas pergi meninggalkan Jawa Barat yang menjadi tanah kelahirannya. Dia lalu menuju sebuah pesantren di Tegal, Jawa Tengah yang diasuh oleh Kiai Ubaidah.


Setelah menyerap ilmu agama di Tegal, dia melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Tebuireng, di Jombang. Di sana, dia langsung mendapat pelajaran ilmu agama Islam dari KH Hasyim Asyari, tokoh kharismatik yang menjadi pendiri NU.


Di Tebuireng, Kiai Abbas mulai berkenalan dengan santri dan kiai terpandang seperti KH Abdul Wahab Chasbullah, pendiri NU yang menerima gelar Pahlawan Nasional 2014, dan KH Abdul Manaf yang turut mendirikan Pesantren Lirboyo, Kediri.


Pada tahun 1900, ketika Kiai Abbas datang ke Jombang bersama kakak kandungnya Kiai Soleh Zamzam Benda Kerep, Kiai Abdullah Pengurangan, dan Kiai Syamsuri Wanatar, Pesantren Tebuireng banyak diganggu para penjahat.


Dengan keahlian bela diri dan kesaktian yang dimilikinya, para penjahat yang mendapat beking Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan Pabrik Gula Cukir yang berada di kawasan dekat pesantren dipukul jatuh semuanya.


Petualangan Kiai Abbas dalam menimba ilmu agama Islam di Bumi Jawa berakhir di Pesantren Tebuireng. Namun, pengembaraannya masih belum berakhir. Dari Jombang, dia berangkat ke Makkah guna mempelajari pemikiran Islam di Timur Tengah.


Di Makkah, Kiai Abbas bertemu dan belajar agama Islam dengan Muhammad Mahfudh bin Al-Allamah Haji Abdullah bin Haji Abdul Manan bin Abdullah bin Ahmad At-Turmusi, seorang ulama besar asal Desa Termas, Pacitan, Jawa Timur.


Karya Muhammad Mahfudh At-Termasi yang paling tersohor dalam adalah I anathut Thalibin syarah kitab Fathul Muin yang selesai ditulisnya bulan Syawal 1300 H. Selain itu, masih banyak lagi kitab yang telah ditulis Mahfudh At-Termasi.


Selama berada di Makkah, Kiai Abbas juga bertemu dengan KH Bakir dari Yogyakarta, KH Abdillah dari Surabaya, dan KH Wahab Chasbullah dari Jombang. Mereka lalu bersama-sama pulang ke Tanah Air. Kiai Abbas kembali ke Jombang.


Setibanya di Jombang, Kiai Abbas diminta memimpin Pondok Pesantren Buntet dan mengajar kitab kuning kepada para santri. Di bawah pimpinan Kiai Abbas, Pondok Pesantren Buntet mengalami kemajuan yang sangat pesat.


Dia mulai melakukan pembaharuan dengan mengajarkan karya para ulama Mesir, seperti tafsir Tontowi Jauhari yang banyak mengupas masalah ilmu pengetahuan, dan tafsir Fahrurrozi yang bernuansa filosofis kepada para santrinya.


Selain seorang pejuang revolusi, beliau juga merupakan sosok pemimpin pesantren yang perjuangannya banyak sekali dalam mengembangkan sistem madrasah dan bandongan di Pesantren Buntet. Pengakuan historis menyebutkan bahwa pada masa kepemimpinan Kiai Abbas, Pondok Pesantren Buntet berkembang pesat dalam bidang pendidikan umum dan keagamaan. Yang dikembangkan beliau adalah sistem dan metode pengajaran serta mata pelajarannya baik dalam khazanah tradisional maupun modern.


Dengan demikian yang membedakan dengan para pendahulunya adalah bahwa beliau mengembangkan dan mempraktikkan sistem pendidikan dengan metode halaqah (seminar) dan madrasi (kelasikal), di samping mempraktikkan metode klasik, sorogan, bandongan dan ngaji pasaran.


Beliau telah berhasil dalam mengembangkan sistem pembelajaran perpaduan antara sistem pendidikan tradisional dan sistem modern. KH Abbas adalah seseorang yang mempunyai ilmu agama yang tinggi dan pejuang yang hebat. Beliau merupakan salah satu tokoh sentral NU. Dalam memimpin Pesantren Buntet Cirebon sangat mirip dengan gaya kepemimpinan ayahnya, KH. Abdul Jamil. Pada tahun 1928 bertepatan dengan terjadinya Sumpah Pemuda, KH Abbas membuat inovasi baru di dunia pesantren, yaitu dengan mendirikan Madrasah Abnaul Wathan Ibtidaiyah yang di dalamnya mengajarkan pendidikan umum.


Yang paling menarik dalam sistem pendidikan yang beliau bangun ini adalah mengajarkan berbagai khazanah kitab kuning, tetapi tidak lupa memperkaya dengan ilmu keislaman modern yang mulai berkembang saat itu. Maka kitab karya ulama Mesir seperti tafsir Tantowi Jauhari yang banyak mengupas masalah ilmu pengetahuan itu mulai diperkenalkan pada para santri. Demikian juga tafsir Fahrurrozi yang bernuansa filosofis itu juga diajarkan. Dengan adanya pengetahuan yang luas itu maka pengajaran ushul fiqh mencapai kemajuan yang sangat pesat, sehingga pemikiran fiqih para alumni Buntet sejak dulu sudah sangat maju.


Bukan hanya itu saja, dalam mengajarkan ilmu fiqih, beliau juga memberi pandangan yang begitu luas mengenai perbandingan madzhab yang pada masa itu yang di pesantren lain masih dianggap tabu. Bukan hanya itu saja, namun kitab-kitab umum modern juga beliau ajarkan seperti ilmu hisab (Aritmatika), al Jughrafiyah (Geografi), al Lughah al Wathaniyah (Bahasa Indonesia), Ilmu at Thabi’iyyah (Ilmu Alam), dan Tarikh al Wathan (Sejarah Kebangsan).


Salah satu pemikiran Kiai Abbas yang sangat terkenal dan dapat mengubah paradigma pengelolaan pesantren adalah bahwa beliau menggambarkan pesantren itu seperti pasar. Menurut beliau, baik pesantren maupun pasar keduanya harus melayani siapa saja yang datang tanpa memandang jenis kelamin, domisili, usia, status sosial, latar belakang, dan lain-lain. Di samping itu jenis kebutuhannya tidak sama. Orang datang ke pasar karena butuh beras, daging, terigu, sayuran, cabai, garam, dan lain-lain. Begitu pula orang datang ke pesantren butuh ilmu qira’at, ilmu fikih, ilmu tauhid, ilmu tafsir atau belajar baca.


Oleh karena itu beliau menganjurkan kepada semua kiai dan semua ustadz yang menguasai ilmu tersebut harus mampu melayani santri yang datang. Gambaran seperti itulah yang sering disampaikan Kiai Abbas kepada keluarganya. Hal tersebut dimaksudkan untuk merangsang mereka supaya sama-sama berperan aktif dalam berkiprah di Pesantren Buntet untuk meneruskan perjuangan leluhurnya.


Dengan strategi inilah Kiai Abbas berhasil menyamakan persepsi dengan keluarganya dalam mengembangkan pesantren. Langkah Kiai Abbas berikutnya adalah memobilisasi keluarga kemudian melaksanakan pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing.


Kiai Abbas, selain mengasuh santri, juga menjadi _mursyid_ tarekat Syattariyah dan _muqoddam_ tarekat Tijaniyyah. Dalam catatan Muhaimin AG, Kiai Abbas termasuk sosok kiai dengan pikiran yang terbuka. Ketika beberapa Kiai menolak tarekat Tijaniyyah, Kiai Abbas menerima sebagai salah satu alternatif dalam laku batin. Di Cirebon, dalam perkembangannya, tarekat Tijaniyah berkembang, dengan Kiai Abbas dan Kiai Annas sebagai muqoddamnya. Kiai Annas kemudian melahirkan beberapa kiai yang menjadi penerus muqoddam dalam praktik tarekat Tijaniyyah: Kiai Muhammad (Brebes), Kiai Bakri (Kasepuhan, Cirebon), Kiai Muhammad Rais (Cirebon), Kiai Murtadho (Buntet), Kiai Abdul Khair, Kiai Hawi (Buntet), serta Kiai Soleh (Pesawahan). Sedangkan, Kiai Abbas mencetak beberapa penerus dalam tarekat ini, yakni: Kiai Badruzzaman (Garut), Kiai Ustman Dlomiri (Cimahi, Bandung), serta Kiai Saleh dan Kiai Hawi (Buntet).


Keberhasilan Kiai Abbas dalam memimpin pondok pesantren, dan kedalaman ilmu agama Islam yang dimilikinya cepat tersebar ke seluruh Indonesia. Banyak santrinya bukan hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi juga dari luar Jawa.


Saat itu, usia Kiai Abbas telah menginjak 60 tahun. Tetapi tubuhnya masih terlihat gagah, hanya rambutnya yang lurus terlihat memutih. Peci putih yang dilengkapi dengan serban membuat penampilan Kiai Abbas sangat berwibawa.


Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia tengah hebat-hebatnya yang ditandai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kiai Abbas yang telah menjadi sepuh meninggalkan aktivitasnya mengajar kitab kuning.


Menurutnya, pada masa bersiap itu yang lebih diutamakan adalah keahlian bela diri dan ilmu kanuragan. Dia juga mulai meninggalkan pondok pesantren dan melakukan dakwah langsung di tengah masyarakat.


Sarana dakwah itu dimanfaatkannya sambil mengajarkan berbagai ilmu kesaktian dalam bela diri sebagai bekal melawan penjajah. Aktivitas Kiai Abbas ini cepat mendapatkan respon positif dari masyarakat yang ingin berjuang.


Dengan cepat, Pondok Pesantren Buntet yang selama ini dikenal sebagai laboratorium pendidikan agama Islam, berkembang menjadi benteng perlawanan melawan penjajah. Kiai Abbas lalu mendirikan laskar Hizbullah sebagai wadah perjuangan.


Selain mendirikan Hizbullah, Kiai Abbas dan para sesepuh Pesantren Buntet juga membentuk organisasi Asybal yang anggotanya terdiri dari anak-anak usia di bawah 17 tahun. Organisasi ini bertugas untuk memata-matai pergerakan musuh.


Sebelum tercapainya perundingan Renville yang mengakibatkan Pemerintah RI dan tentaranya hijrah ke Yogyakarta, pasukan Hizbullah pimpinan Kiai Abbas bertahan di wilayah Legok, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan.


Semasa perang kemerdekaan itu, banyak santri dan ulama Pesantren Buntet yang gugur dalam pertempuran. Di antara ulama dan kiai yang tewas dalam pertempuran adalah KH Mujahid, Kiai Akib, Mawardi, Abdul Jalil, dan Nawawi.


Puncak perlawanan laskar Hizbullah pimpinan Kiai Abbas adalah saat meletusnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sebelum terjadi peristiwa yang menggemparkan dunia itu, di Surabaya telah terjadi berbagai pertempuran bersenjata.


Dalam pertempuran itu, rakyat Surabaya berjuang melawan tentara Inggris yang bertugas sebagai polisi keamanan, dan tentara Belanda. Namun saat itu rakyat Surabaya seperti tidak memiliki kekuatan melawan penjajah hingga berhasil dipukul mundur.


Saat situasi tengah terdesak itu, KH Hasyim Asyari mengeluarkan resolusi jihad dan meminta perlawanan bersenjata baru akan dimulai nanti setelah ulama sakti dari Cirebon datang ke Surabaya. Ulama yang dimaksud adalah Kiai Abbas.


Salah seorang pengawal Kiai Abbas yang masih hidup, Abdul Wachid menceritakan pengalamannya saat mengawal Kiai Abbas ke Surabaya. Bersama Detasemen Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif Hidayat, Kiai Abbas berangkat pada 6 November 1945.


Pasukan Kiai Abbas meninggalkan Markas Detasemen menuju stasiun Prujakan Cirebon naik Kereta Api Express. Turut serta bersama rombongan Kiai H Achmad Tamin dari Losari yang berperan sebagai pendamping Kiai Abbas.


Pada waktu itu, Kiai Abbas tampak mengenakan jas buka abu-abu, kain sarung plekat bersorban, dan beralas kaki trumpah atau sandal japit dari kulit. Bawaan Kiai Abbas saat itu hanya sebuah kantong plastik berisinya sandal bakyak.


Setibanya di Stasiun Rembang, Jawa Tengah, sudah banyak orang yang menunggu. Rombongan Kiai Abbas lalu diantar ke Pondok Pesantren Raudhotuttholibin, di Rembang yang dipimpin Kyai Bisri. Malam harinya, dilakukan musyawarah untuk menentukan komando/pemimpin pertempuran.


Hasil musyawarah, komando pertempuran dipercayakan kepada Kiai Abbas. Usai salat subuh, pondok Pesantren Rembang sudah ramai oleh para santri yang siap mati berjuang melawan penjajah. Rombongan lalu berangkat ke Surabaya.


Sebelum berangkat ke Surabaya, Kiai Abbas sempat memanggil Abdul Wachid dan meminta sandal bakyak yang dititipkan telah kepadanya saat di Cirebon. Kiai Abbas lalu berangkat dengan menumpang mobil sedan kuno.


dalam mobil yang ditumpangi Kiai Abbas juga terdapat Kiai Bisri yang duduk di jok belakang, dan H Achmad Tamin di depan bersama sopir. Sementara para pengawal Kiai Abbas dari Cirebon diminta tetap tinggal berjaga di Pesantren Rembang.


Setibanya di Surabaya, rombongan Kiai Abbas disambut dengan gemuruh takbir dan pekik merdeka. Para kiai lalu masuk ke masjid dan melakukan salat sunnah. Kemudian, Kiai Abbas meminta Kiai H Achmad Tamin berdoa di tepi kolam masjid.


Sedangkan kepada Kiai Bisri dari Rembang, Kiai Abbas memohon agar dia memerintahkan para laskar dan pemuda-pemuda yang akan berjuang melawan penjajah untuk mengambil air wudu dan meminum air yang telah diberi doa.


Setelah meminum air yang telah diberi doa, para pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Arek-Arek Suroboyo tanpa mengenal takut langsung menyerang tentara Belanda dengan hanya bersenjatakan bambu runcing, dan parang.


Melihat keberanian pemuda Indonesia, para tentara Belanda menghamburkan pelurunya ke segala arah. Korban dari kalangan pemuda sangat banyak sekali. Namun banyak juga serdadu Belanda yang tewas di ujung bambu runcing.


Dalam pertempuran itu, Kiai Abbas dan para kiai lainnya berada di tempat yang agak tinggi, hingga bisa memantau jalannya pertempuran. Dengan menggunakan sandal bakyak, Kiai Abbas berdiri tegak di halaman masjid sambil berdoa.


Dia mengadahkan kedua tangannya ke langit, dan keajaiban terjadi. Beribu-ribu talu (penumbuk padi) dan lesung (tempat padi saat ditumbuk) dari rumah-rumah rakyat berhamburan terbang menerjang serdadu–serdadu Belanda.


Suaranya tampak bergemuruh bagaikan air bah, sehingga Belanda kewalahan dan mereka pun mundur ke kapal induk mereka. Tidak lama kemudian, pihak sekutu mengirim pesawat bomber Hercules. Akan tetapi pesawat itu tiba-tiba meledak di udara.


Beberapa pesawat sekutu berturut-turut datang lagi dengan maksud menjatuhkan bom-bom untuk menghancurkan Kota Surabaya. Tetapi sekali lagi, pesawat-pesawat itu mengalami nasib yang sama, meledak di udara sebelum beraksi.


Pertempuran hari itu berlangsung sepanjang hari dan berlanjut hingga hari esoknya. Pihak musuh kembali datang dengan menggunakan kendaraan lapis baja tank dan truk-truk langsung menyerang pertahanan para pemuda.


Serangan kedua dari pihak Belanda lebih gencar dari hari pertama. Mereka memuntahkan senjata kanon dan mortir, serta rentetan tembakan dari pesawat udara ke arah rakyat Indonesia. Serangan ini menimbulkan banyak korban jiwa.


Menghadapi serangan yang bertubi-tubi itu, para pemuda sempat terdesak dan mundur ke luar Kota Surabaya. Menjelang malam hari, pertempuran baru mulai mereda. Namun beberapa tembakan kecil masih sempat terdengar di sana sini.


Pada tanggal 13 November 1945, Kiai Abbas dan sejumlah rombongan kiai lainnya tiba dengan selamat di Pondok Pesantren Rembang. Saat itu, kondisinya tampak sangat lelah. Setelah subuh, mereka kembali pulang ke Cirebon.


Di tengah gigihnya perjuangan bersenjata rakyat, misi diplomasi juga dijalankan. Perjalanan sejarah perjuangan ini sangat mendapatkan perhatian utama dari para ulama. Hingga akhirnya tercapai Perjanjian Linggarjati, pada 1946.


Hasil perjanjian yang dinilai sangat merugikan bangsa Indonesia itu membuat banyak perjuang kecewa. Saat mendengar hasil perjanjian, Kiai Abbas merasa sangat terpukul dan akhirnya jatuh sakit lalu meninggal pada waktu subuh.


Kiai Abbas meninggal pada 1 Rabiul Awal 1365 atau 1946 Masehi, dan dikuburkan di pemakaman Buntet Pesantren.


Misteri Kesaktian Bakiak Milik Kiai Abbas


Bakiak (sandal yang terbuat dari kayu) mungkin bagi kita semua dianggap sebagai salah satu sandal kuno dan ketinggalan jaman. Atau juga, menggunakan bakiak itu dikarenakan harganya yang murah dan juga awet digunakan. Cukup jarang, bakiak digunakan dalam peristiwa-peristiwa penting, lebih banyak ditempatkan untuk alas kaki di kamar mandi, atau untuk digunakan untuk santai.


Namun berbeda dengan Kiai Abbas Abdul Jamil, beliau malah menggunakan bakiak dalam peristiwa-peristiwa penting. Sebut saja ketika berlangsungnya perang 10 November 1945. Sejak keberangkatannya dari Cirebon, Kiai Abbas menitipkan sebuah bingkisan kepada salah satu pengawalnya yaitu Abdul Wachid. Saat itu, Abdul Wachid berfikir bahwa benda titipan milik kiainya tersebut merupakan benda yang sangat berharga. Ternyata, ketika bungkusan tersebut dibuka, hanya berisi sepasang bakiak.


Walaupun masih bingung, Abdul Wachid hanya mengikuti perintah Kiai Abbas dan membawa bingkisan tersebut hingga perjalanan tiba di Rembang Jawa Tengah dan singgah di kediaman Kiai Bisri Mustofa. Disitulah Kiai Abbas ditunjuk untuk menjadi komandan perang 10 November oleh para kiai yang sudah menunggu beliau. Bung Tomo yang beberapa kali meminta kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk memulai pepeanganpun, selalu ditolak oleh Kiai Hasyim, dengan alasan menunggu Singa dari Jawa Barat, yang tidak lain adalah Kiai Abbas.


Saat akan menuju Surabaya, Kiai Abbas meminta bungkusan bakiak kepada Abdul Wachid sekaligus memintanya untuk tidak ikut bergabung ke Surabaya dan menunggu di Rembang. Walaupun semangat juang Abdul Wachid cukup menggelora, namun ia tidak berani melawan perintah kiainya. Ia tetap tinggal di Rembang, hingga pada 13 November 1945, rombongan santri yang ikut berperang di Surabaya tiba di Rembang, bercerita tentang kesaktian Kiai Abbas.


Menurut para santri, Kiai Abbas berperang dengan menggunakan bakiak. Saat Kiai Abbas berdoa, tiba-tiba sejumlah alu dan lesung milik warga yang berukuran besar, berterbangan dan menghantam tentara sekutu. Pesawat yang terbangpun dilumpuhkan hanya dengan lemparan tasbih oleh Kiai Abbas.


Menurut KH Amiruddin, saat perang 10 November, Kiai Abbas dengan karomahnya, bukan hanya berada disatu tempat. Tapi di dua tempat. Yaitu di pusat kota dan dipesisir pantai Surabaya. Di pesisir pantai itulah, Kiai Abbas menghancurkan puluhan pesawat milik sekutu dengan hanya mengibaskan sorbannya keatas langit.


Indonesia kehilangan salah satu ulama panutan, yakni KH Abdullah Abbas (85), pemimpin pondok pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Tentara (RST) Ciremai pada hari Jumat (10/8) yang lalu pada pukul 04.30


Innalillahi Wa Inna ilaihi Roji’un. Kabar wafatnya kiai kharismatik yang berpengaruh di kalangan warga dan santri NU itu cepat beredar via sms, telpon dan internet. Memang, Kiai Abdullah Abbas sudah menderita sakit penyakit komplikasi kronis sejak tahun 2005 itu. Informasi yang dikumpulkan alKisah kiai yang akrab dipanggil Ki Dullah ini pernah menjalani perawatan di Ruangan ICU rumah sakit yang sama pada bulan lalu, tepatnya sejak hari Selasa (24/7) karena mengalami luka di kepala akibat benturan kepala karena terjatuh di kamar mandi.


Kyai karismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu meninggal karena usia yang sudah tua dan informasi terakhir mengalami penurunan kadar hemoglobin (Hb). Atas wafatnya Ki Dullah, Keluarga Besar Buntet Pesantren, Cirebon merasakan duka yang mendalam.Beliau sebagai seorang sesepuh panutan yang dapat dijadikan contoh teladan bagi masyarakat.


Almarhum dibawa ke rumah duka sekitar pukul 06.00 WIB. Sejak pagi hingga Jum’at siang, ribuan pelayat yang datang dari berbagai daerah terus berdatangan menyemuti rumah duka KH Abdullah Abbas pemimpin Pondok Pesantren Buntet di Desa Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat jelang Jum’at siang (10/8).


Sebelumnya pelayat dari pagi sampai siang hari melakukan sholat jenazah KH Abdullah Abbas yang biasa di panggil Ki Dulloh di rumah duka. Lepas shalat Jum’at, jenazah almarhum kembali dishalatkan di Mesjid Besar Buntet Pesantren oleh sekitar 3.000 santri melaksanakan salat jenazah yang dipimpin KH Abdul Hamid Annas, yang juga seorang pimpinan Pondok Buntet Pesantren. Setelah itu dilanjutkan dengan acara pelepasan jenazah.


Dirjen Bimas Islam Depag Nazarudin Umar yang datang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, tidak hanya Cirebon dan Jawa Barat yang merasa kehilangan beliau, tetapi bangsa Indonesia dan dunia Islam telah kehilangan contoh pemimpin teladan yang amanah.“Presiden berharap santri dan masyakarat Indonesia mampu mewarisi semangat perjuangan beliau yang tanpa pamrih,” katanya.


Sementara Wakil dari PBNU sekaligus Ketua MUI Jabar KH Hafidz Utsman dalam sambutan pelepasan mengatakan, Ki Dulloh merupakan sosok pejuang lima zaman mulai jaman penjajahan, jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan, orde lama, orde baru dan orde reformasi.”Beliau selalu membimbing perjalanan bangsa, dengan memberikan taushiyah kepada semua pemimpin antara lain untuk selalu bersatu dalam membangun bangsa,” katanya.


Sedangkan H. Muhaimin Iskandar mewakili DPR RI yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa mengatakan, bangsa Indonesia khususnya umat Islam saat ini merasa bersedih dengan kehilangan ulama besar, namun dibalik itu ada tanggungjawab untuk meneruskan apa yang telah diwariskan beliau.


Ribuan pelayat itu mengantarkan Almarhum ke tempat peristirahatan terakhir di Pemakaman Keluarga Buntet Pesantren atau TPU Gajang Ngambung di Desa Buntet, Astana Japura, Kabupaten Cirebon sekitar 800 meter dari rumah duka. Sekitar pukul 15.25 WIB jenazah mendiang KH Abdullah Abbas diturunkan ke liang lahat.


Sekilas Almarhum


KH. Abdullah Abbas adalah sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Beliau termasuk Kiai Khos yang menjadi rujukan umat Islam Indonesia. Bahkan banyak orang yang menyebutnya sebagai “Sang Panutan” dan “Penyangga Masyarakat”.


Kiai Abdullah Abbas sejak usia muda sampai jelang wafat banyak memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam membangun bangsa ini. Prinsip tersebut memang sudah terpatri dalam diri Kiai Dullah, karena Kiai Abdullah Abbas termasuk yang ikut meletakan pundi-pundi kemerdekaan. KH. Abdullah Abbas adalah satu-satunya putera Kiai Abbas yang ikut memimpin dalam berbagai pertempuran melawan Penjajah Belanda.


Saat itu, Kiai Abbas bertempur di Surabaya pada 10 November 1945. Kiai Abdullah Abbas pun turut berangkat bertempur melawan Penjajah. Kiai Dullah melawan Belanda di daerah Sidoarjo bersama Mayjen Sungkono. Bukan itu saja, Kiai Abdullah Abbas dengan pasukannya sering diminta untuk membantu pasukan lain seperti di Tanjung Priok, Cikampek, Menengteng (Kuningan), dan pernah juga berhasil menyerang pabrik gula Sindang Laut. Kiai Dullah aktif menjadi pasukan Hisbullah, bahkan menjadi Kepala Staf Batalyon Hisbullah. Beliau juga menjadi anggota Batalyon 315/Resimen I/Teritorial Siliwangi dengan pangkat Letnan Muda.


Riwayat Pendidikan


Kiai Abdullah Abbas merupakan anak pertama Kiai Abbas dari istrinya yang kedua yaitu Nyai Hajjah I’anah. Kiai Abdullah Abbas mempunyai seorang adik perempuan yaitu Nyai Hajjah Sukaenah, serta adik laki-laki yaitu KH. Nahduddin Royandi. Kiai Abdullah Abbas lahir di Buntet Pesantren Cirebon pada tanggal 7 Maret 1922. Dari perkawinan dengan istri pertamanya yaitu Nyai Hajjah Aisah, Kiai Abdullah mempunyai seorang puteri yaitu Nyai Hajjah Qoriah yang dipersunting oleh KH. Mufassir dari Pandeglang Banten.


Pada tahun 1965, Nyai Hajjah Aisah meninggal dunia. Tak lama kemudian Kiai Abdullah Abbas menikah dengan Nyai Hajjah Zaenab, Putri Qori terkenal KH. Jawahir Dahlan. Dari perkawinan dengan Nyai Hajjah Zaenab, Kiai Dullah dikaruniai sepuluh putra, yaitu Ani Yuliani, Ayip Abbas, Asiah, Ismatul Maula, Laela, Mustahdi, Muhammad, Yusuf, Neneng Mar’atussholiha,dan Abdul Jamil.


Kiai Abdullah Abbas sejak kecil mendapat pembinaan yang serius oleh ayahnya, Kiyai Abbas. Maka tak ayal bila jejak-jejak dan pola hidup Kiai Abbas banyak ditiru oleh Kiai Abdullah Abbas. Selain itu, Kiai Abdullah Abbas mendapat gemblengan dari beberapa Pesantren, Pesantren yang pertama kali disinggahi adalah Pesantren di Pemalang yang dipimpin oleh Kiai Makmur.


Selepas dari Pemalang Jawa Tengah, Kiai Dullah menimba ilmu pada Kiai Ma’sum di Lasem Jawa Tengah. Rampung dari Lasem, Kiai Dullah berguru pada Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari Jombang Jawa Timur. Dan terakhir Kiai Dullah digembleng oleh Kiai Abdul Karim Manaf di Lirboyo.


Selepas dari Pondok Pesantren, Kiai Abdullah Abbas langsung berkiprah di masyarakat. Dengan diserahi sebagai Ketua Batalyon Hisbullah, Kiai Dullah berjuang merebut kemerdekaan. Selepas revolusi fisik, Kiai Abdullah Abbas mengalihkan perjuanganya dari mengangkat senjata beralih pada berdakwah langsung di masyarakat. Jabatan kemiliterannya (Letnan Muda) ditinggalkan dan lebih memilih menjadi Juru Warta pada Juru Penerangan Agama Kabpaten Cirebon. Lalu menjadi Pengatur Guru Agama Islam Kabupaten Cirebon dan Jabatan terakhir adalah Kepala MAN Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon.


Tokoh Pluralis Sejati


Kiai Abbas, ayahanda Kiai Abdullah Abbas, adalah seorang tokoh yang sangat menghargai manusia dengan apa adanya, Beliau tidak membeda-bedakan manusia baik dari segi ras, agama dan keturunan. Dihadapan Kiai Abbas semua manusia sama. Ini dibuktikan dengan banyaknya tamu dari berbagai kalangan yang datang dari berbagai kalangan ke rumah Kiai Abbas. Bahkan Beliau mempunyai anak angkat keturunan Tionghoa yaitu Kiai Usman.


Tampaknya pola hidup ini juga yang diikuti oleh anak-anaknya. Nyai Hajjah Sukaenah (Istri KH. Kahawi) pada tahun 1970-an ketika mempunyai mobil angkutan, sopirnya bernama Siem Oek, warga Sindang Laut Cirebon keturunan Tionghoa yang beragama Kristen. Padahal saat itu, berhubungan dengan orang yang tidak seagama masih dipandang sangat tabu. Sementara KH. Nahduddin Royandi yang tinggal di London (Inggris) menikah dengan warga negara Inggris keturunan Perancis.


KH. Abdullah Abbas sendiri, sering sekali didatangi tamu dari berbagai kalangan. Semuanya diterima dengan baik. Dr. Ferdy Sulaeman, STh, Ketua wadah Komunikasi dan Pelayananan Umat Beragama Jakarta Timur, ketika mengadakan Live In Pemuda Pemudi Lintas Agama pada tanggal 5 sampai 8 bulan Januari tahun 2006.


Kiai Abdullah Abbas, sebagaimana juga Kiai Abbas ayahnya, selalu menghormati tamu-tamunya tanpa pandang bulu. Siapa pun yang hadir di rumahnya, pasti mendapat penghormatan yang sama. Maka wajar bila rumah Kiai Dullah sering kedatangan tamu, baik pejabat seperti Presiden, Gubernur, Bupati, dan pejabat lainnya, pernah juga beberapa Bintang Film dan rakyat kecil.


Ketika warga Buntet Blok Bulak mendapat tekanan dari aparat karena mendemo Galian C yang hampir sampai rumah mereka, wong-wong cilik itu langsung memohon perlindungan pada Kiai Abdullah Abbas. Walaupun saat itu beliau dalam keadaan sakit, Kiai Dullah menemui mereka dan memberi semangat, “Teruskan perjuangan dan semoga berhasil,” pesan Kiai Dullah singkat.


Kecintaan Kiai Dullah terhadp wong cilik, sangat dirasakan dalam pola kehidupan sehari-harinya. Kiai Dullah selalu ngemong rakyat cilik. Dalam pengajian kitab Kuning, Kiai Dullah cenderung mengajarkan kitab-kitab yang sederhana dan simpel, seperti Kitab Safinah Annajah, Sulam Annajah, Sulam Attaufiq, Uquduljain dan kitab-kitab yang relatif tipis. Hal itu karena ia mengikuti pola pendidikan Mbah Muqoyyim (salah satu sesepuh Buntet Pesantren) yang populis, “Ajarkan Kitab Safinah (dengan bahasa yang sederhana) dengan wawasan Ihya Ulumuddin (Penjelasan yang Koprehensip).”


Maka tak aneh, setiap kali ngaji pasaran (pengajian khusus bulan Ramadhan), walaupun kitab yang dibaca sangat sederhana dan tipis, tapi yang ngaji banyak juga banyak juga orang dewasa. Selain cara pendidikan yang mengarah pada penyampaian yang sederhana tapi luas, Kiai Dullah juga secara priodik memberikan santunan kepada anak yatim dan fakir miskin yang berada di Buntet Pesantren.


Perjuangan Khittah NU


Pada tahun 1984, ketika situasi politik telah membelokan arah NU, Kiai Dullah bersama Kiai Syafi’i dari Plumbon dan Gus Dur, melakukan gerakan perlunya NU kembali ke Khittah tahun 1926. Gerakan ini tentunya mendapat tantangan yang sangat hebat dari berbagai kalangan.


Walau mendapat tantangan yang cukup berat, namun karena cintanya kepada warga NU, Kiai Abdullah Abbas terus berjuang dengan bersafari dari satu daerah ke daerah yang lain untuk melakukan kampanye perlunya NU kambali ke Khittah tahun 1926. Kiai Abdullah Abbas memang sejak muda aktif di NU. Bermula dari GP Anshor. Beliaupun pernah menjadi Ketua Rois Syuriah NU Jawa Barat.


Bertemunya Kiai Abdullah Abbas dengan Gus Dur, seakan menemukan kembali persaudaraan yang sempat renggang. KH. Abbas ayah Kiai Abdullah Abaas sangat akrab dengan Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, Kakek Gus Dur. Maka pertemanan antara keduanya membuat Kiai Abdullah Abbas mampu mengembangkan berbagai ide dan gagasan. Dinobatkannya Kiai Dullah sebagi Kiai Khos pada masa Gus Dur, telah membuat Kiai Dullah menjadi rujukan berbagai kalangan.


Dalam usianya yang sudah relatif sepuh, Kiai Abdullah beberapa kali masuk Rumah Sakit Ciremai. Ada beberapa gagasan Kiai Dullah yang sampai sekarang masih dalam proses realisasi yaitu ingin didirikannya Sebuah Sekolah Tinggi Kesehatan, Akademi Kebidanan, Sekolah Tinggi Agama Islam dan Rumah Sakit.


Beberapa sarana pendidikan yang sudah berdiri Saat ini sudah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Putra dan Putri, Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Putra 1 dan MTs NU Putra 2 dan MTs Putri, Madrasah Aliyah (MA) NU Putra, MA NU Putri, Akademi Keperawatan, serta Lembaga Bahasa dan Ketrampilan.



Kisah Kiai Sakti, Mengubah Kacang Jadi Tentara Usir Belanda


Banyak cerita heroik dan mistis para kiai dari berbagai Pondok Pesantren yang ikut berjuang di jaman kemerdekaan dulu. Salah satunya cerita dari Kyai Abbas Djamil Buntet, salah seorang kiai asal Cirebon yang sangat kesohor kesaktiannya.


Konon, Kiai Abbas bisa mengubah kacang hijau menjadi puluhan tentara yang gesit untuk menghadapi pasukan Belanda. Kisah itu dicerikan pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Gus Reza Ahmad Zahhid, yang merupakan anak dari almarhum KH Imam Yahya Mahrus saat memperingati Hari Santri Nasional, Kamis, 22 Oktober 2015.


Cerita Kiai Abbas bisa mengubah kacang menjadi tentara berawal dari adanya kesepakatan tiga orang Kyai, yaitu Kiai Abdullah Faqih dari Ponpes Langitan Tuban, Kiai Mahrus Aly dari Lirboyo Kediri, dan termasuk Kiai Abbas. Mereka sepakat untuk menggerakan para santri ikut mengusir para penjajah. Ketiganya berada di bawah komando Kiai Hasyim Asya’ari.


Para kiai sakti itu berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang untuk membahas strategi merebut Kota Surabaya dari penjajah. Dalam rapat kecil yang digelar 22 Oktober 1945 itu, Kiai Abbas Djamil ditunjuk sebagai Panglima Angkatan Laut. Mereka sepakat melakukan jihad dengan para santri untuk mengusir penjajah dari Tanah Air dengan menyerbu Surabaya pada 9 November 1945. Namun serangan itu kemudian mundur satu hari setelahnya.


Menurut Gus Reza, suatu waktu dalam perjalanan menuju Surabaya, Kiai Abbas meminta para santrinya membekali diri dengan butiran kacang hijau. Tak berani bertanya, para santri manggut saja dengan mengantongi butiran kacang hijau itu di sakunya.


Tiba di Semarang, rombongan Kiai Abbas dan para santri ternyata dihadang pasukan Belanda bersenjata lengkap. Tak ada raut cemas, Kiai Abbas hanya meminta beberapa butir kacang hijau kepada santrinya dan dilemparkan ke depan rombongan. Dalam sekejap butiran kacang hijau itu berubah menjadi tentara yang dengan cepat menggempur penghadang.


Gus Reza mendapatkan cerita itu saat berkunjung ke Cirebon dan bertatap muka dengan bekas santri anak buah Kiai Abbas yang ikut dalam pertempuran itu. Menurut Gus Reza, kisah itu kini masih sangat hidup di kalangan para santri.