Kumpulan Karomah Gus Maksum
Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas tiba-tiba ada orang yang menikamnya untungnya Gus Maksum tidak terluka sedikitpun hanya pakaian yang dipakai robek kena tikaman, lalu pakaian itupun beliau simpan karena pemberian dari salah seorang sahabatnya.
Gus Maksum juga disebut sebut kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung banyaknya dukun santet yang pernah dihadapi, sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.
Beliau juga tidak segan-segan untuk menantang para dukun santet secara terang-terangan.Hal itu dilakukan karena santet menurut Gus Maksum termasuk kemungkaran yang harus dilawan.
Kekebalan Gus Maksum terhadap santet juga sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo).
Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet,karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kufur atau murtad. Yang penting seorang muslim haruslah selalu ingat kepada Allah dan bertawakal kepadaNya.
Diantara pengalaman Gus Maksum mengenai santet diantaranya dialaminya ketika menginap di Desa Wilayu, Genteng, Banyuwangi, sekitar jam setengah dua malam, saat hendak istirahat, tiba-tiba dari arah kegelapan muncul bola api sebesar telur terbang menuju kearah pahanya.
Dengan santai Gus Maksum membiarkan bola api itu mendekatinya.Ketika bola api itu sampai ke paha, dia cuma tanya. ”Banyol tha (mau bercanda ya?) seketika itu juga bola api itu melesat pergi ditengah kegelapan malam.
Satu lagi kejadian yang pernah dialaminya, ketika bermalam di Desa Kraton, Ranggeh saat Gus Maksum beristirahat, dia didatangi kera jadi-jadian yang berusaha mencekiknya.
Tapi usaha itu dibiarkannya saja, setelah beberapa lama baru ditanya Gus Maksum. “Mau main-main ya, langsung saja kera itu lari menghindar dari Gus Maksum.
Sebagai pentolan utama NU, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik NU, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi.
Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan bergabung dengan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.
Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.
K.H Muhammad Abdullah Maksum Jauhari atau yang lebih akrab dikenal Gus Maksum, adalah salah satu mutiara yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Tepatnya 8 Agustus 1944 menjadi sejarah yang tak pernah terlupakan. Pada saat itulah Gus Maksum lahir menjadi sosok bayi mungil yang merupakan buah hati dari K.H Abdullah Jauhari & Nyai Siti Aisyah, Lirboyo.
Pendekar, tegas, pemberani, itu salah satu sifat yang selalu tertancap di fikiran kita ketika mendengar namanya. Sifat inilah yang mendorong K.H Mustafa Bisri memerintahkan K.H Suharbillah agar menemui Gus Maksum yang merupakan awal sejarah berdirinya Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa yang dinaungi oleh Nahdhatul 'Ulama.
Dalam rekam jejaknya tak sedikit Gus Maksum menorehkan tinta keistimewaan-keistimewaan yang muncul didalam dirinya yang 'alim. Salah satunya yang sampai sekarang selalu di ingat oleh anak OI (Fans Iwan Fals), bagaimana tidak karena dulu pasca kepemerintahan Presiden Soeharto, Gus Maksum pernah diminta oleh Iwan Fals dan Setiawan Djodi untuk hadir dalam konser yang di gelar di Senayan agar berkenan memberikan doa sebelum konser tersebut di mulai.
Setelah permohonan yang di keluarkan oleh Iwan Fals kepada Gus Maksum itu sampai di telinga Gus Maksum, akhirnya beliau pun mengamini permintaan tersebut. Keesokan harinya Gus Maksum pun beralih ke jakarta untuk menghadiri konser besar Iwan Fals tersebut. Setelah sampai ditempat (Senayan) beliau pun hanya stay di belakang panggung bersama crew-crew panggung.
Detik per detik akhirnya konserpun dimulai, setelah lagu per lagu di dendangkan oleh Iwan Fals, euforia penonton saat itu membuat suasana konser menjadi tak kondusif yang berakibat sebuah kericuhan. Bak dimasuki makhluk halus, satu persatu penonton yang berjumlah ribuan orang itupun mencoba menerobos maju kedepan agar dapat melihat Iwan Fals dengan dekat. Pada saat itu Iwan Fals dan sejumlah Aparat keamanan pun tak kuasa menahan bendungan sifat anarkis ribuan penonton. Tribun pun akhirnya jebol.......
Gus Maksum, yang saat itu berada di belakang panggung pun akhirnya memutuskan untuk naik ke atas panggung. Tapi apa daya, dawuhan Beliau enggan didengar oleh seorang pun disana. Dan tiba-tiba, ketika ribuan penonton mulai merangkak naik ke atas panggung. Pada waktu yang sama, Gus Maksum mengayunkan tangannya ayun demi ayun yang kemudian di arahkan keseluruh penonton yang mulai merangkak keatas panggung tersebut.
Dengan izin allah, BOOM !!!
Ribuan penoton itu pun terhentak dan terlempar jatuh kebawah panggung yang tak satupun tersisa diatas panggung. Akibat kejadian itu pun seluruh yang hadir terheran-heran atas kejadian istimewa tersebut.
Semua Ban Kendaraan Konvoi Bocor Karena Kehebatan Gus Maksum Jauhari
KH.MUHAMMAD ABDULLAH MAKSUM JAUHARI
Beliau akrab dipanggil Gus Maksum adalah seorang Ulama,kyai,guru spiritual,petani,peternak dan pengayom Masyarakat,Gus Maksum adalah seorang pendekar sejati yang sangat teguh pendirian,tegas dalam bersikap dan paling tidak suka pada segala bentuk kemungkaran lugas dalam berbicara,lembut,sederhana dan bersahaja dalam penampilan kesehariannya.
Tokoh kelahiran Kanigoro,Kras Kediri 8 Agustus 1944 adalah pribadi yang unik,seunik penampilannya yang selalu berambut gondrong,bersarung,kadangkala bersandal bakiak,berpakaian seadanya,tidak makan nasi/ngrowot dan beragam keunikan lainnya.
Beliau wafat pada hari senin 22 Desember 2003, Meninggalkan suri tauladan bagi santri dan masyarakat Serta mewarisi keilmuan silat yang sempurna IKATAN PENCAK SILAT NU PAGAR NUSA.
Oleh karena itu selayaknya profil beliau kita abadikan agar kita dapat lebih mengenal beliau yang bukan saja seorang pesilat tapi banyak sisi lain yang bisa kita pelajari,sebab beliau tidak hanya konsens disatu bidang saja.disamping itu agar jasa-jasa beliau tidak hilang begitu saja dilupakan,sehingga generasi mendatang bisa meneladani hal-hal positif yang telah ia torehkan.
Ayah Gus Maksum adalah KH.Abdullah Jauhari bin KH.Fadil Batokan daerah yang masuk kecamatan semen Kediri.Ibu Beliau adalah Nyai Hj.Aisyah putrid dari KH.Abdul Karim pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
Sejak si jabang bayi masih dalam kandungan,Kiai Jauhari dan Nyai Aisyah biasa membacakan Al-Qur’an,Asmaul Husna,Wirid,Shalawat dengan harapan agar kelak bayi yang dilahirkan menjadi seorang anak yang berguna bagi Agama,Nusa dan Bangsa.
Bayi itu kemudian di namakan Muhammad Abdullah Maksum,Waktu terus berjalan bayi itupun beranjak besar tumbuh sebagai anak yang sehat dan bungsu dari ketiga kakak perempuan.wajar jika ia sangat diistimewakan dalam pandangan orang tuanya.
Namun walaupun diistimewakan Gus Maksum kecil bukanlah anak yang manja,justru ia sangat rajin membantu orang tuanya dan sangat patuh terhadap mereka,tak pernah membantah apa yang diperintahkan kedua orang tuanya.Kepatuhan ini bahkan tetap dibawanya sampai ahir hayat.
Gus Maksum kecil sangat cerdas,sejak dini ia sudah dikenalkan dengan ilmu agama,ia bersama ketiga kakak perempuannya dididik langsung oleh Kiai Jauhari dengan pengawasan sangat ketat,setiap jam 01.00 dini hari,Mereka di bangunkan mengambil air wudlu dan shalat malam,kemudian dilanjutkan mengkaji pelajaran.Hal ini berlangsung hingga Gus Maksum kecil pindah kepesantren kakeknya Lirboyo.
Pendidikan formalnya dimulai di sekolah dasar di Kanigoro dan kemudian melanjutkan kejenjang sekolah lanjutan tingkat pertama di pondok pesantren Lirboyo.Dalam membaca Al-Qur’an beliau dibimbing langsung oleh kakeknya KH.Abdul Karim dan Nyai Hj.Khadijah Karim,hingga tak heran ia dikenal sangat fasih dalam melafalkan Ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Selama menetap di Lirboyo,Beliau banyak menimba ilmu Agama kepada beberapa kiai di Kediri dan sekitarnya seperti Kyai Jamaludin Batokan,Kyai Jufri,Mbah JIPANG, jipang akronim dari ngaji gampang,nama aslinya adalah Kyai Muhammad Batokan.
Jiwa pesantren sangat melekat pada diri Gus Maksum diantaranya adalah kesederhanaan,kesopan santunan,kepedulian social,dan kepatuhan kepada orang tua dan guru.jiwa pesantren itulah yang membentuk kepribadiannya sejak kecil hingga tua.Kesalehan pribadi dan sosialnya itu hasil dari pendidikan pesantren yang di enyamnya.
Gemar silat sejak kecil
Pertama mengenal silat dari belajar dari seorang pesilat,pengembara dari rengas dengklok,kerawang Jawa Barat (aliran cikaret,cikalong) bernama A.Fathoni metode yang diajarkan setahap demi setahap kemudian dikembangkan secara otodidak ilmu silat yang dipelajari diperdalam sedikit demi sedikit sehingga menjadi permainan silat yang sangat atraktif dan menarik.
Selanjutnya Gus Maksum mengembara dari satu guru silat keguru yang lainnya tanpa meninggalkan mengaji dan sekolah.
Diawali dari guru silat disekitar Kediri,guru silatnya diantaranya,Kyai Kasidak (tinggal antara Kediri Blitar) H.Munawar Jabang Kediri,Bapak Muhajir Mondo Kediri,H.Zaenal Kediri.
Masa Muda Gus Maksum
Masa muda adalah masa yang indah,kadang-kadang seseorang melalui masa mudanya dengan bersenang-senang,santai bahkan cendrung berfoya-foya.Tapi hal itu tidak berlaku bagi Gus Maksum,Masa muda beliau banyak dihabiskan untuk mempelajari segala yang diperlukan sebagai bekal dihari tua,Mengaji,Sekolah,riadlah,belajar silat dan olah kanuragan adalah rutinitas masa mudanya.Beliau sering member nasehat “ TIDAK ADA KAMUS UNTUK BERFOYA-FOYA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN,PEMUDA YANG MENGHABISKAN WAKTUNYA HANYA DENGAN KESENANGAN TEMPORAL BELAKA ADALAH PEMALAS YANG MISKIN IDENTITAS,KERING KREATIVITAS DAN HAMPA MILITANSI,TYPE MANUSIA YANG KEMANA ANGIN BERHEMBUS KESANA IA REBAH DAN TERJATUH” Oleh karena itu hari hari Gus Maksum selalu diisi denagn belajar dan belajar.Tidak ada waktu kosong untuk berleha-leha,seluruh waktunya digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Dalam olah batin dan kanuragan,beliau mempelajari dengan mengembara dari satu guru keguru yang lainya seperti halnya dengan silat,Beberapa Guru yang pernah disinggahi antara lain,Kiai Mansur Kali Pucung Blitar ( yang masih termasuk kakeknya dari jalur bapak ) selanjutnya Kiai Ahmad Kemuning Kediri,Kiai Ibrahim Banjar melati Kediri,Habib Jufri Mrican Kediri,dan Habib Baharun Mrican Kediri.
Guru beliau yang paling berpengaruh adalah Kyai Mahrus Ali dan Kyai Ya’kub (Lirboyo) kedua orang ini sangat terkenal memiliki kemampuan silat dan ilmu kanuragan yang mumpuni dan banyak memiliki ilmu karomah warisan wali songo.
Merasa belum puas dengan ilmu yang diperolehnya,Gus Maksum kembali mengembara kebeberapa pelosok nusantara diantaranya ke daerah Jawa Barat dan akhirnya sampailah ke Cirebon tepatnya ke Buntet Pesantren,disana beliau berguru langsung kepada kyai Ilyas dan Kyai Busro dan beberapa kyai buntet yang lainya yang masih keturunan Kyai Abbas Cirebon.
Kisah Mbah Maksum Lasem Uji Kewalian Mbah Hamid Pasuruan
Mbah Maksum Lasem, salah satu pendiri NU, lahir di Lasem pada tahun 1868 dan wafat tahun 1972. Dalam hal usia, beliau lebih sepuh dari KH Hasyim Asy’ari. Walaupun demikian, Mbah Maksum sangat menghormati Kiai Hasyim Asy’ari, bahkan sempat berguru ke Tebu Ireng. Mbah Maksum sangat mencintai NU, bahkan tidak ridho kalau keturunannya tidak mengikuti NU.
Banyak urusan penting NU yang “disowankan” para kiai kepada Mbah Maksum. Ini sama dengan yang dilakukan para kiai kepada Mbah Hamid Pasuruan. Pada masanya, banyak kiai yang “menyowankan” masalah penting NU di Pasuruan. Kedua ulama’ ini dikenal sebagai sosok yang penuh karomah.
Ada kisah menarik dari dua kiai besar ini. Mbah Maksum lebih jauh sepuh dari Mbah Hamid, karena usia Mbah Hamid ini seangkatan dengan putra Mbah Maksum, yakni KH Ali Maksum. Kisah ini dituturkan oleh Pak Fahmy Akbar Idris (Wakil Ketua PWNU DIY saat ini) yang didapatkan dari KH Aly As’ad Plosokuning dari KH Ali Maksum.
Pada suatu hari, Mbah Maksum menguji kewalian Mbah Hamid Pasuruan. Saat itu, Mbah Maksum butuh dana 25 juta untuk sebuah keperluan. Sementara, Mbah Maksum tidak memiliki uang sebesar itu. Maka, saat itu pula Mbah Maksum ingin menguji kewalian Mbah Hamid Pasuruan.
“Kalau Hamid itu wali, maka saat ini saya butuh dana 25 juta,” batin Mbah Maksum.
Sinyal sesama orang shaleh pasti nyambung. Mereka itu frekwensinya sudah sesuai jalurnya, menurut Gus Muwafiq. Maka, kalau sesuatu akan saling terhubung secara otomatis. Demikian juga yang terjadi antara Mbah Maksum dan Mbah Hamid.
Tidak lama setelah itu, tiba-tiba Mbah Maksum kedatangan tamu satu bus. Entah bagaimana, tamu satu bus memberikan salam tempel kepada Mbah Maksum. Setelah tamu pergi, salam tempel itu dihitung ada sejumlah uang 25 juta. Tidak lebih, tidak kurang! Subhanallah!
Itulah frekwensi para wali Allah. Ujian Mbah Maksum direspon begitu cepat oleh Mbah Hamid. Semua itu juga atas kehendak Allah, bukan kesombongan para kekasihnya. Mereka memang sangat dekat dengan Allah, sehingga kehendak para kekasih ini selalu dikabulkan oleh-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar