Karomah Kyai Idris Kamali
Kesaktian Kiai Idris Kamali Tak Pernah Kehabisan Uang
Orang saleh bisa memiliki karomah (keampuhan-kesaktian) yang susah dinalar. Inilah salah satu kehebatan Kiai Idris Kamali Tebung Ireng.
Di kalangan Islam dikenal istilah karomah. Istilah yang merujuk pada kesalehan seseorang baik saleh pribadi maupun saleh sosial. Buah dari kesalehan pada diri orang tersebut adalah ia bisa membuat kejadian yang luar biasa di luar nalar dan kemampuan manusia awam. Dalam bahasa orang awam dipersingkat maknanya dengan sebutan sakti atau ampuh. Kesaktian itu tidak datang tiba-tiba. Orang tersebut sedemikian dekat dengan Allah hingga semua doanya terkabul. Sedemikian dekat ia dengan sang pencipta hingga tak ada hal mustahil yang tak bisa dikerjakan.
Salah satu kisah keampuhan orang saleh ada pada diri Kiai Idris Kamali. Kiai Idris adalah salah satu santri terpilih yang masuk dalam kelas musyawarah. Sebuah kelas khusus yang santrinya dipilih oleh Kiai Hasyim Asy'ari. Tidak semua santri bisa masuk ke kelas ini.
Kelas ini hanya dihuni 20 santri. Hanya santri yang memiliki potensi kecerdasan, kepemimpinan dan keluhuran budi yang masuk ke dalam kelas ini. Kelak di kemudian hari para santri kelas ini menjadi pendiri pesantren baru di berbagai kota di Jawa. Selain Kiai Idris Kamali, beberapa nama lain yang mengisi kelas ini antara lain Kiai Chudlori (pendiri Asrama Pelajar Islam, Tegal Rejo Magelang), Pondok Pesantren Ploso Kediri, , Pondok Pesantren Blokagung.
Sepeninggal Kiai Hasyim pada tahun 1947, Kiai Idris mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Pesantren Tebu Ireng. Kecerdasannya dalam penguasaan ilmu agama membuat beliau jagoan ilmu gramatika Bahasa Arab (syarah Ibnu Aqil, mantiq dll). Ia pun dinikahkan dengan putri Kiai Hasyim yaitu Azzah. Tahun 1930-an istri Kiai Idris meninggal dunia. Kiai Idris hingga akhir hayatnya memilih tidak menikah lagi, meski memiliki tampang yang ganteng dan atletis. Sepeninggal istrinya ia memilih tinggal di kamar sebelah masjid ukuran 4x5 meter.
Kiai Idris kalau mengajar di Tebu Ireng lebih memilih mengajar di masjid ketimbang di ruangan kelas yang disediakan yayasan. Kelas yang diasuh Kiai Idris adalah kelas santri pilihan. "Para santri dites dulu. Yang lulus tes seluruh biaya di pondok akan ditanggung beliau," kata Shalahuddin Wahid, Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Tidak heran muridnya tidak banyak.
Di antara murid Kiai Idris adalah Kiai Tolhah Hasan yang kelak di kemudian hari menjadi menteri agama RI. Kiai Idris ini sangat tersohor di Jombang sebagai orang yang welas asih dan suka menolong sesama. Tidak pernah ada orang yang datang ke rumahnya yang tak dibantu. "Kiai Idris suka membantu orang baik memberi atau meminjami uang," ujar Gus Sholah. Setiap ada yang datang dan minta bantuan uang, Kiai Idris selalu mengambil uang dari balik kasur.
Suatu hari, Kiai Idris meminta Tolhah Hasan membersihkan kamarnya. Lantaran didorong rasa penasaran yang tinggi, Tolhah berusaha mencari tahu seberapa banyak uang yang disimpan Kiai Idris di balik kasur. Betapa kagetnya Kiai Tolhah, karena di balik kasur itu tidak ada serupiahpun uang. "Tidak ada uang. Dan Kiai Idris belum mengenal rekening bank. Kesimpulan Kiai Tolhah, kalau Kiai Idris butuh uang selalu ada," ujar Gus Sholah.
Kisah karomah lain Kiai Idris adalah soal hewan piaraannya: kambing. Kiai Idris memang memiliki banyak hewan piaraan. Ada sapi, kambing, bebek, ayam dan lainnya. Susu kambing diminum para santri. Semua orang Jombang saat itu tahu hewan piaraan milik Kiai Idris. Kambing Kiai Idris bebas berkeliaran makan apa saja.
Tak ada yang berani menghardik atau melarangnya. Bahkan jika kambing Kiai Idris memakan tanaman atau dagangan warga, tetap dibiarkan saja karena dipercaya bakal membawa berkah. Demikian pula kalau kambing Kiai Idris naik kereta apik jurusan PAre-Jombang tak ada masinis atau petugas kereta yang memiliki nyali menurunkan. "Menurunkan kambing takut malati (celaka)," ujar Gus Sholah.
Saat Gus Dur menikah dengan Shinta Nuriyah, Kiai Idris menghadiahi beberapa kambing untuk pesta pernikahan.
Satu waktu kambing Kiai Idris hilang. Pencuri kambing itu kesulitan menjual kambing hasil curian karena semua warga tahu kambing Kiai Idris hilang. Membeli kambing hasil curian bakal celaka. Alhasil si pencuri gagal menjual kambing tersebut. Singkat cerita. si maling akhirnya datang ke Kiai IDris untuk mengaku mencuri kambing karena butuh uang. Akhirnya sama Kiai Idris kambing itu malah dihibahkan.
Kebaikan Kiai Idris yang memberikan kambing itu didengar semua orang. Animo orangpun berbondong-bondong untuk memperebutkan kambing tersbut. Kambingpun terjual dengan harga mahal.
Nama lengkap beliau adalah KH Idris bin Kamali bin Abdul Jalil Asy-Syarbuni. Kakeknya, Kiai Abdul Jalil berasal dari Ndoro, Pekalongan. Saat masih muda, kakeknya pergi ke Kedondong salah satu daerah di Cirebon, dan mendirikan pondok di daerah tersebut. Kiai Abdul Jalil dikaruniai dua anak yang bernama Kiai Kamali dan Kiai Harun.
Kiai Kamali berangkat ke Mekkah, dan mukim di tanah suci tersebut. Karena kealimannya terutama dalam bidang ilmu falak, qiroat, fiqh dan tasawuf beliau dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Sebuah prestasi yang jarang dicapai kaum terpelajar Nusantara yang menuntut ilmu disana. Semua anaknya pun lahir di Mekkah. Salah satu diantara putranya yaitu Kiai Idris.
Setelah kembali ke Indonesia, Kiai Idris dipondokkan di Tebuireng Jombang asuhan Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari. Salah satu kisah keampuhan orang saleh ada pada diri Kiai Idris Kamali. Kiai Idris adalah salah satu santri terpilih yang masuk dalam kelas musyawarah. Sebuah kelas khusus yang santrinya dipilih oleh Kiai Hasyim Asy’ari. Tidak semua santri bisa masuk ke kelas ini.
Kelas ini hanya dihuni 20 santri. Hanya santri yang memiliki potensi kecerdasan, kepemimpinan dan keluhuran budi yang masuk ke dalam kelas ini. Kelak di kemudian hari para santri kelas ini menjadi pendiri pesantren baru di berbagai kota di Jawa. Selain Kiai Idris Kamali, beberapa nama lain yang mengisi kelas ini antara lain Kiai Chudlori (pendiri Asrama Pelajar Islam, Tegal Rejo Magelang), Pondok Pesantren Ploso Kediri, Pondok Pesantren Blokagung.
Karena kealiman dan kepandaian Kiai Idris, oleh Mbah Hasyim diambil menjadi menantu dengan dinikahkan dengan putrinya yaitu Nyai Izzah. Dari pernikahan tersebut, beliau mempunyai anak satu yaitu Gus Abdul Haq. Setelah istri Kiai Idris wafat, beliau kembali ke Mekkah tahun 1973 dan kembali tahun 1981.
Kiai Idris kalau mengajar di Tebu Ireng lebih memilih mengajar di masjid ketimbang di ruangan kelas yang disediakan yayasan. Kelas yang diasuh Kiai Idris adalah kelas santri pilihan. “Para santri dites dulu. Yang lulus tes seluruh biaya di pondok akan ditanggung beliau,” kata Shalahuddin Wahid, Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Tidak heran muridnya tidak banyak.
Menurut KH. Said Aqil Siradj yang masih ada hubungan kerabat dengan Kiai Idris. Ibunya Kiai Said adalah sepupu Kiai Idris, yaitu Afifah binti Harun bin Abdul Jalil menceritakan bahwa Kiai Idris mempunyai kelebihan/karomah yang banyak. Konon kata kebanyakan orang, terkadang beliau memberi uang hanya dengan ngronggoli (asal ambil saja). Anehnya setiap beliau mengambil pasti nominalnya pas seperti yang dikehendaki.
Di antara murid Kiai Idris adalah Kiai Tolhah Hasan yang kelak di kemudian hari menjadi menteri agama RI. Kiai Idris ini sangat tersohor di Jombang sebagai orang yang welas asih dan suka menolong sesama. Tidak pernah ada orang yang datang ke rumahnya yang tak dibantu. “Kiai Idris suka membantu orang baik memberi atau meminjami uang,” ujar Gus Sholah. Setiap ada yang datang dan minta bantuan uang, Kiai Idris selalu mengambil uang dari balik kasur.
Suatu hari, Kiai Idris meminta Tolhah Hasan membersihkan kamarnya. Lantaran didorong rasa penasaran yang tinggi, Tolhah berusaha mencari tahu seberapa banyak uang yang disimpan Kiai Idris di balik kasur. Betapa kagetnya Kiai Tolhah, karena di balik kasur itu tidak ada serupiahpun uang. “Tidak ada uang. Dan Kiai Idris belum mengenal rekening bank. Kesimpulan Kiai Tolhah, kalau Kiai Idris butuh uang selalu ada,” ujar Gus Sholah.
Ketika di Mekkah, Said Aqil juga menyempatkan diri ikut mengaji kitab Shahih Bukhari dan Ihya’ Ulumiddin ke Kiai Idris. Di Mekkah Kiai Idris menghabiskan waktunya di Masjidil Haram setiap saat. Kiai Idris ketika di Mekkah tinggal di rumah Syaikh Khatib al-Maduri. Beliau tinggal satu rumah dengan Prof. Dr. Djamaluddin Mirri, Rektor Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Dekan Fak. Ushuluddin IAIN Surabaya.
Banyak cerita unik tentang sosok Kiai Idris, salah satunya di Pesantren Kempek. Suatu ketika ada jin yang mengganggu suasana pondok. Semua panik, tanpa pikir panjang Said Aqil maju sambil berteriak, “Saya adukan kamu ke Mbah Idris!!!” Mendengar kata-kata saya, jin yang mengganggu itu lari dan tidak berani kembali. Ini terjadi sampai sekarang, kalau nama Kiai Idris disebut maka jin akan takut. Ayah Kiai Said, Kiai Aqil Siradj, adalah santri Kiai Idris. Ayah Kiai Said tersebut mengaji kepada Kiai Idris waktu nyantri di Pesantren Kempek.
Suatu ketika di saat bulan Ramadhan, Kiai Idris pergi ke Mesir hanya untuk mengkhatamkan kitab al-Umm di samping makam Imam Syafi’i. Ketika kembali ke Mekkah, beliau cerita tentang hal itu kepada saya, “Kalau bacaan saya salah, dibenarkan oleh Imam Syafi’I” tutur Kiai Said Aqil.
Kiai Idris adalah sosok yang sederhana dalam hal penampilan, beliau sama sekali tidak terlihat seperti ulama besar yang memakai sorban besar. Beliau hanya memakai imamah (sorban) biasa dan sarung. Tetapi kalau ada orang yang tahu tentang kema’rifatan Kiai Idris, jika beliau berjalan saja, maka orang pasti akan bersalaman dengan beliau meskipun tidak kenal. Banyak sekali ulama Arab, seperti ulama Mekkah, Syiria, Mesir, Palsetina, dll. yang menyalami tangan beliau padahal belum pernah ketemu.
Kiai Idris adalah kiai yang hidupnya dikhidmahkan untuk mengaji kitab, mengajar dan beribadah. Beliau telah banyak membaca berbagai kitab disiplin ilmu yang beraneka ragam. Banyak kitab beliau khatamkan berkali-kali. Saking seringnya mengkhatamkan kitab, seakan-akan beliau hafal isi kitab. Ketika ada santrinya yang membaca kitab kepada beliau, lalu bacaannya salah, maka Kiai Idris tahu kesalahannya, padahal beliau sering kali hanya menyimak bacaan santrinya tanpa melihat kitab. Kelebihan lain, beliau dapat mengetahui jika ada kitab salah cetak.
KH.Idris mempunyai kebiasaan unik, beliau senang memelihara hewan-hewan ternak seperti sapi, kambing, bebek dll. Kegemaran tersebut bukan untuk mencari kekayaan semata tapi digunakan untuk sedekah kepada orang lain, kadang kala beliau memberikan susu perahan sapi kepada para ustadz di lingkungan Tebuireng, bahkan ketika cucu gurunya menikah (Gus Dur), KH Idris memberikan dengan ikhlas beberapa ekor kambingnya untuk acara walimahan cucu gurunya.
Ada cerita yang berkembang dalam lingkungan masyarakat Tebuireng tentang hewan-hewan piaraan KH Idris. Umumnya masyakat percaya bahwa bila hewan-hewan piaraan KH. Idris yang memakan tanaman atau dagangan miliknya maka oleh orang tersebut akan dibiarkan saja hewan-hewan itu untuk memakannya. Dan mereka menganggap bahwa Hewan tersebut akan memberikan berkah tersendiri bagi mereka. Menurut penuturan Murid beliau, bahwa KH Idris adalah seorang wali Mastur. Allah menutup kewaliaannya dengan keilmuaanya. Demikian pula kalau kambing Kiai Idris naik kereta apik jurusan Pare-Jombang tak ada masinis atau petugas kereta yang memiliki nyali menurunkan. “Menurunkan kambing takut malati (celaka),” ujar Gus Sholah.
Satu waktu kambing Kiai Idris hilang. Pencuri kambing itu kesulitan menjual kambing hasil curian karena semua warga tahu kambing Kiai Idris hilang. Membeli kambing hasil curian bakal celaka. Alhasil si pencuri gagal menjual kambing tersebut. Singkat cerita. si maling akhirnya datang ke Kiai IDris untuk mengaku mencuri kambing karena butuh uang. Akhirnya sama Kiai Idris kambing itu malah dihibahkan.
Kebaikan Kiai Idris yang memberikan kambing itu didengar semua orang. Animo orangpun berbondong-bondong untuk memperebutkan kambing tersbut. Kambing pun terjual dengan harga mahal.
Salah satu murid kesayangan beliau yang sekarang menjadi Ulama ternama di Jakarta adalah KH. Abdul Hayyie Cipete. Sewaktu menjadi santrinya, KH Abdul Hayyie yang selalu mencukur rambut beliau, bahkan KH Idris melarang Abdul Hayyie untuk pulang ke rumah dan dipenuhi semua kebutuhannya. Sungguh besar perhatian dan cinta beliau kepada murid-muridnya.
Testimoni Para Ulama
Pada waktu itu, santri-santri Tebuireng mengatakan, ada dua penghuni surga yang ada di bumi, yaitu Mbah Idris dan Mbah Adlan Ali. Beliau berdua sama-sama alim, wara’, zuhud, dan istiqomah.
Prof. Dr. KH. Moh. Tholhah Hasan, M.A
Saya yakin bahwa saat inipun masih ada sosok kyai seperti Kyai Idris, tentu teramat langka dan sulit untuk bisa mengetahui dimana keberadaannya. Kyai-kyai yang ikhlas dan tekun dalam mendidik santri yang potensial untuk bisa menjadi kyai yang baik seperti Kyai Idris-lah yang masih bisa kita harapkan untuk membawa umat ke arah kemajuan. Keikhlasan kyai-kyai seperti Kyai Idris Kamali sudah amat jarang kita saksikan.
Ir. KH. Salahuddin Wahid
Mengaji dengan Kiai Idris, maka santrinya yang membaca kitab (sistem sorogan). Menurut Kiai Idris “Kalau yang membaca kitab itu guru, nanti yang pintar gurunya sendiri, sedangkan muridnya tetep bodoh.”
KH. Abdul Hayyie M. Na’im
Kiai Idris adalah sosok kiai yang tawâdhu’. Ini tampak ketika beliau ditanya, “Kiai, kenapa kok haji lagi?” Beliau menjawab “Ah, saya kan mau kulakan lagi Kalau jual terus, kan habis ilmu saya,” demikian sedikit gambaran dari sikap tawâdhu’ beliau. Padahal ilmu beliau masih banyak.
KH. M. Ishaq Lathief
Suatu ketika ada jin yang mengganggu suasana pondok. Semua panik. Tanpa pikir panjang saya maju sambil berteriak “Saya adukan kamu ke Mbah Idris!!!” Mendengar kata-kata saya, jin yang menggaanggu itu lari dan tidak berani kembali.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA.
Kiai Idris adalah Wali Mastûr. Tidak mau menampakkan karomahnya sama sekali. Memang kewalian beliau tertutup dengan keilmuannya Masalah apa saja, beliau langsung buka kitab dan halamannya pas!
KH. Zubaidi Muslih
Yang saya tahu, bahwa beliau adalah muhadditsîn murni. Cara berfikirnya layaknya ahli hadits. Pernyataan-pernyataan beliau dilandasi hadits. Seperti beliau mengharamkan potret, bank, dll. Semua itu beliau dapati sesuai dengan hadits-hadits yang beliau kaji.
Habib Utsman Yahya
Beliau itu, tidak pernah keluar dari lokasi yang dibuat untuk ngaji (masjid). Apalagi yang namanya jalan raya, nggak pernah tahu. Beliau itu yang dipentingkan hanya shalat dan mengaji kitab.
Habib Ahmad
Kiai Idris sepertinya hidup untuk melayani santri. Misalnya beliau punya kambing atau punya sesuatu semuanya itu untuk santri. Kalau ada kitab khatam, beliau tasyakuran menyembelih kambing.
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, M.A
Kiai Idris dan al-marhûm ayah sering sekali berdiskusi, membicarakan kitab-kitab kuning. Bahkan ayah selalu datang ke kamar Kiai Idris di atas jam 00.00 dini hari lewat pintu belakang.
KH. Agus Cecep Karim Hasyim
Dalam istilah ilmu tashawwuf, Kiai Idris sudah mencapai tingkatan tajrîd atau al-ârif billâh. Yang jelas saya mendengar dari al-marhûm Kiai Shobari bahwa Kiai Idris itu min auliyâ’illâh. Beliau pernah bermimpi, antara Kiai Idris dan Kiai Hasyim itu satu jalur dan sejajar.
KH. Qamuli Khudhari
Yang sangat berkesan bagi saya, Kiai Idris selalu membaca Al-Quran tanpa mushaf, alias hafalan di luar kepala. Sedangkan para santrinya menyimak bacaan beliau. Di Tebuireng dan di Makkah juga seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar