Amalan Saat gerhana Bulan dan Matahari
10 Amalan saat Gerhana Bulan 31 Januari 2018 untuk Menghapus Dosa-dosa yang Telah Lalu
Gerhana bulan atau matahari terjadi adalalah bentuk kekuasaan dari sang pencipta langit dan bumi beserta isinya.
Seperti halnya dengan gerhana bulan total yang akan terjadi pada Rabu 31 Januari 2018.
Gerhana bulan total dimulai sekitar pukul 18.48 WIB untuk gerhana parsial, dan sekitar pukul 19.51 WIB hingga 21.07 WIB puncak gerhana bulan total.
Sebagaimana maklumat Lembaga Falakiyah NU Nomor: 042/Lf-PBNU/I/2018 bahwa diprediksikan terjadinya gerhana bulan total pada Rabu, 31 Januari 2018.
Dalam peristiwa itu kita dianjurkan memperbanyak zikir dan ibadah serta melakukan amalan-amalan sunah seperti shalat gerhana bulan.
Anjuran shalat sunah gerhana tercantum dalam Shahih Muslim:
إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يَنْكَشِفَ مَا بِكُمْ
Artinya, “Sungguh matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah SWT, tidak terjadi gerhana keduanya (matahari dan bulan) karena kematian seseorang atau pun kehidupannya. Apabila kalian melihat gerhana, maka shalat dan doalah hingga gerhana tersebut selesai.”
Di samping shalat gerhana bulan, banyak amalan-amalan lain yang dianjurkan ketika terjadinya peristiwa ini. Hal ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi (676 H) berikut ini:
قال المصنف رحمه الله: (والسنة أن يخطب لها بعد الصلاة لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا "أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عليه وسلَّم فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ فَقَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللهَ وَأثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ: الشَمْس وَالقَمَرُ آيتانِ مِنْ آياتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رأيتم ذلك فصلوا وتصدقوا"
3 Amalan yang Dianjurkan Saat Gerhana Bulan Malam Ini
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, ada lokasi ideal untuk mengamati Gerhana Bulan malam ini. Tempat itu adalah Observatorium Boscha (Lembang), Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Planetarium, Museum Fatahilah, Kampung Betawi Setu Babakan, serta Bukit Tinggi.
"Selain itu juga dilakukan pengamatan di 21 titik pengamatan hilal. Bahkan, di Makassar dan Jam Gadang Bukit Tinggi pun terdapat acara nonton bersama Super Blue Blood Moon," kata dia.
Terkait dengan fenomena itu, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan sejumlah amalan saat gerhana bulan berlangsung. Apa saja? Berikut ini penjelasan Wasekjen Bidang Fatwa MUI KH Sholahudin Al Ayub saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (31/1/2018).
1. Amal Kebaikan
MUI meminta masyarakat untuk tidak melewatkan fenomena alam tersebut dengan begitu saja. Masyarakat dapat mengisinya dengan amal kebaikan seperti memperbanyak sedekah.
Menurut Wasekjen Bidang Fatwa MUI KH Sholahudin Al Ayub, tidak ada ketentuan khusus dalam bersedekah. Yang terpenting, amalan tersebut diniatkan karena Allah SWT.
"Yang penting dengan ikhlas dan semoga dengan melakukan sedekah itu ada kebaikan oleh Allah tidak menurunkan azab bala sengsara," kata dia.
2. Perbanyak Takbir
Warga Semarang Menikmati Gerhana Bulan
Penampakan gerhana bulan parsial (penumbra) di langit kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (8/8). Gerhana Bulan Sebagian kali ini adalah satu-satunya gerhana yang dapat dilihat dan dinikmati masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Selain sedekah, umat Islam juga bisa mengisi kejadian alam tersebut dengan memperbanyak takbir. Ucapan itu bisa dilantunkan selama gerhana bulan berlangsung.
"Takbir dilaksanakan ketika gerhana bulan berlangsung. Kalimatnya sama dengan Idul Fitri atau Idul Adha. Bisa dilantunkan di semua tempat. Di masjid, rumah, jalan, di dalam mobil, dan sebagainya," kata Al Ayub.
3. Salat Gerhana Bulan
Yang tak kalah penting, kata Al Ayub, ialah mengadakan salat gerhana bulan atau khusuf. Ibadah tersebut memiliki tata cara yang berbeda dengan salat lainnya.
"Salat gerhana bulan dua rakaat, dengan tata cara berbeda. Yaitu dalam satu rakaat itu ada dua ruku, dua bacaan Al Fatihah, dan surat," kata dia.
Salat gerhana itu disunahkan bagi mereka yang wilayahnya dilintasi oleh fenomena alam tersebut. Kendati dalam kondisi mendung atau hujan.
"Walaupun mendung, ada salat gerhana. Itu disunahkan yang mengetahui dan daerahnya dilewati gerhana itu. Di Indonesia, walaupun dia tidak melihat langsung, disunahkan melaksanakan gelar salat," kata dia.
Terkait dengan doa yang dipanjatkan saat gerhana, Al Ayub mengungkapkan tak ada kalimat khusus. Yang terpenting, kata dia, dalam doa itu mengagungkan Allah dan berdoa semoga dihindarkan bala bencana.
Amalan Berpahala Saat Gerhana Bulan/Matahari
Lakukan amalan-amalan berpahala besar sebagai tanda syukur dan hormat kita pada kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala atas pesona fenomena alam yang indah luar biasa yang langka terjadi ini.
Apa saja amalan berpahala di saat gerhana bulan total nanti?
Shalat Gerhana
Fenomewa alam gerhana bulan dianggap sebagai bukti dari kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sehingga disunahkan untuk mengamalkan ibadah sebanyak-banyaknya pada saat-saat tersebut.
Tentu yang paling utama dilakukan saat gerhana bulan adalah menjalankan salat sunah gerhana bulan.
Sebagaimana dilansir dari NU Online, anjuran salat sunah gerhana tercantum dalam Shahih Muslim:
إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يَنْكَشِفَ مَا بِكُمْ
Artinya,” Sungguh matahari dan dua bulan adalah tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak dengan terjadi hgerhana keduanya (matahari dan bulan) karena kematian seseorang atau pun kehidupannya. Apabila kalian melihat gerhana, maka salat dan doalah hingga gerhana tersebut selesai.”
Bersedekah
Disamping salat gerhana bulan, banyak amalan-amalan lain yang dianjurkan ketika terjadi peristiwa ini.
Hal ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi (676 H) berikut ini:
قال المصنف رحمه الله: (والسنة أن يخطب لها بعد الصلاة لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا “أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عليه وسلَّم فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ فَقَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَحَمِدَ اللهَ وَأثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ: الشَمْس وَالقَمَرُ آيتانِ مِنْ آياتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رأيتم ذلك فصلوا وتصدقوا”
Artinya, “(Abu Ishaq As-Syairazi berkata, disunahkan khutbah setelah salat gerhana sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA, ‘Sungguh setelah selesai salat gerhana, Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri dan khutbah di hadapan manusia, kemudian ia memanjatkan puji kepada Allah, dilanjutkan dengan bersabda, ‘Matahari dan bulan adalah ayat (tanda kebesaran Allah) dari sekian ayat-ayat Allah Azza wa Jalla. Keduanya tidak akan gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang. Apabila kalian menyaksikannya, maka salat dan sedekahlah,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarh Muhadzzab, Beirut, Darul Fikr, juz IV, halaman 53).
Dari keterangan hadits yang Imam As-Syairazi sebutkan di atas, terdapat dua amalan yang dianjurkan bagi kita, yaitu salat sunah gerhana dan bersedekah.
Selain salat sunah gerhana, sedekah pada peristiwa ini juga disunahkan sebagaimana yang disebutkan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain berikut ini:
وَيُسَنُ الإِكْثَارُ مِنَ الصَّدقَةِ فِي رَمَضَانَ لَا سِيَّمَا فِي عَشْرِهِ الأَوَاخِرِ وأمَامَ الحَاجَاتِ وَعِنْدَ كُسُوفٍ وَمَرَضٍ وَحَجٍّ وَجِهَادٍ وَفِي أَزْمِنَةٍ وَأَمْكِنَةٍ فَاضِلَةٍ كَعَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَأَيَّامِ العِيْدِ وَالْجُمْعَةِ وَالمُحتاجِيْنَ
Artinya, “Disunahkan memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan itu, dan ketika mempunyai kebutuhan, ketika terjadi gerhana, sakit, haji, jihad dan pada beberapa waktu dan tempat yang memiliki keutamaan seperti tanggal 10 Dzulhijjah, hari raya, hari Jumat. Disunahkan juga sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain Syarah Qurratu ‘Ain, Beirut, Darul Fikr, juz I, halaman 183).
Hal ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muhadzzab sebagai berikut:
الشَّرْحُ) حَدِيثُ عَائِشَةَ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَاتَّفَقَتْ نُصُوصُ الشَّافِعِيِّ وَالْأَصْحَابِ عَلَى اسْتِحْبَابِ خُطْبَتَيْنِ بَعْدَ صَلَاةِ الْكُسُوفِ وَهُمَا سُنَّةٌ لَيْسَا شَرْطًا لِصِحَّةِ الصَّلَاةِ قَالَ أَصْحَابُنَا وَصِفَتُهُمَا كَخُطْبَتَيْ الْجُمُعَةِ فِي الْأَرْكَانِ وَالشُّرُوطِ وَغَيْرِهِمَا سَوَاءٌ صَلَّاهَا جَمَاعَةٌ فِي مِصْرٍ أَوْ قَرْيَةٍ أَوْ صَلَّاهَا الْمُسَافِرُونَ فِي الصَّحْرَاءِ وَأَهْلُ الْبَادِيَةِ وَلَا يَخْطُبُ مَنْ صَلَّاهَا مُنْفَرِدًا وَيَحُثُّهُمْ فِي هَذِهِ الْخُطْبَةِ عَلَى التَّوْبَةِ مِنْ الْمَعَاصِي وَعَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ وَالصَّدَقَةِ وَالْعَتَاقَةِ وَيُحَذِّرُهُمْ الْغَفْلَةَ وَالِاغْتِرَارَ وَيَأْمُرُهُمْ بِإِكْثَارِ الدُّعَاءِ وَالِاسْتِغْفَارِ وَالذِّكْرِ
Artinya, “(Penjelasan) hadits Aisyah RA yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dan nash Imam Syafi’i serta pengikutnya sepakat pada kesunahan dua khutbah setelah salat gerhana, dan dua khutbah sunah itu bukanlah syarat sahnya salat. Ashab kami berkata, ‘Dua khutbah ini sama dengan khutbah Jumat dalam rukun, syarat dan selainnya, sama saja entah dilaksanakan berjamaah di kota besar maupun di desa, atau musafir di padang pasir maupun di perkampungan. Sedangkan orang yang salat sendiri tidak perlu melakukan khutbah. Khatib dalam khutbah ini menganjurkan jamaah untuk bertobat dari maksiat, mengerjakan kebaikan, bersedekah, membebaskan budak, mengingatkan mereka dari kelalaian dan tipu daya, serta memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa, meminta ampunan dan zikir,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Syarah Muhadzzab, Beirut, Darul Fikr, juz V, halaman 53).
Dari keterangan di atas kita dapat menyimpulkan, ada beberapa amalan yang dapat dilakukan saat gerhana sebagai berikut:
1. Salat Gerhana
2. Bersedekah
3. Tobat dari maksiat
4. Mengerjakan kebaikan
5. Membebaskan budak (zaman sekarang tidak ada budak)
6. Kehati-hatian jangan sampai lalai
7. Memperbanyak doa
8. Membperbanyak istighfar
9. Memperbanyak zikir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar