Amalan Dan Karomah Soekarno
Aji Kesaktian Milik Bung Karno
Memasuki awal bulan juni kini kita harus mengenang sosok pembela kemerdekaan RI, dan sekaligus menjadi Presiden pertama RI yaitu BK (Bung Karno). 20 hari lagi adalah hari dimana saat Pak BK meninggalkan tanah air.
Pepatah mengatakan gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama”. Demikianlah yang terjadi dengan Bung Karno (BK), Presiden pertama RI. Kini nama nya tetap harum walau telah 41 Tahun telah tiada. Sosok satu ini selalu saja dibicarakan meskipun kehidupan nya controversial, dan dikalangan menafsirkan diangkap figur yang fenomenal. Begitu banyak cerita aneh, mistis dan keajaiban di seputar dirinya. Bahkan tidak sedikit yang meyakini BK sebagai sosok yang setara dengan wali.
Nama BK juga bukan hanya populer di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Bagi orang Eropa dan Amerika yang belum pernah ke Indonesia akan lebih tahu nama Soekarno itu sendiri.
BK yang wafat pada 21 juni 1970 memang bukan sosok sembarangan. Sebagai julukan yang disandang oleh ny, seperti ; Putra Sang Fajar, Singa Podium, Penyambung lidah Rakyat.
BK juga dikenal seorang waskita, bahkan orang-orang bali percaya kalau dia adalah reingkarnasi dari sang Wisnu, dewa hujan dalam agama hindu. Suatu ketika, bung Karno berkunjung ke Bali, maka terjadilah suatu keanehan yang sangat mengejutkan. Waktu itu Bali tengah dilanda kemarau yang sangat parah. Namun demi BK tiba langsung turun hujan dengan derasnya.
Begitu percayanya orang terhadap kesaktian BK sampai sampai setelah kematian nya orang masih percaya BK masih hidup.
Putra dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada waktu masih kecil benama kusno ini memang sewaktu mudanya banyak menimba berbagai macam aji kanuragan, aji kesaktiaan atau aji kadigdayaan. Makanya baik kawan maupun lawan segan bila berhadapan dengan nya. Bahkan tidak sedikit kaum hawa yang bertekuk lutut padanya hanya sekali kerling.
Menurut sebuah sumber, BK memiliki aji yang bernama Aji Pojoking Jagat, salah satu kesaktian tingkat tinggi warisan dari kanjeng Sunan Kalijaga. Aji Pojoking Jagat ini memiliki kegunaan bisa berjalan di atas air, bisa mengarungi lautan api tanpa terbakar, lolos dari semua senjata tajam dan lain sebagainya.
Untuk memiliki aji seperti ini harus melakukan tapa pendem (dikubur hudup-hidup) selama 100 hari 100 malam. Aji Pojoking Jagat adalah ilmu wali, makanya Bung Karno setelah mendapatkan ajian ini menjadi manusia setengah wali. Konon Aji Pojoking Jagat ini pernah diburu oleh Pak Harto (Suharto) ketika dia masih berkuasa.
Dulu menurut kesaksian penduduk asli Cikini pernah melihat BK berjalan di antara rinai hujan tanpa basah sedikitpun. Kemudian pernah pula melhat BK berpergian bersama ajudannya dengan mobil kap terbuka dan ditembaki oleh seseorang tak dikenal, pelurunya hanya mampu menembus badan mobil. Diyakini ini akibat dari Aji Pojoking Jagat ini.
SEJARAH DAN PUSAKA SOEKARNO
Buat Bung Karno, nampaknya kesengsaraan tidak ada hubungannya dengan gaya dan penampilan. Bung Karno tidak menutup-nutupi masa lalunya yang melarat. Tentang bagaimana di masa kanak-kanaknya, dirinya tidak pernah mengenal sendok dan garpu.
Bung Karno juga mengenang bagaimana anak tetangga lain yang juga miskin, tapi mereka masih bisa membeli jajan buah pepaya dan lainnya, sementara dirinya sama sekali tidak mampu. Bahkan di hari Idul Fitri, dia cuma bisa menatap sedih anak-anak miskin lain mampu membeli petasan yang harganya cuma satu sen itu, sedang dirinya tidak. Satu sen pun dia tak punya!
Dia juga menceritakan, bagaimana di keluarganya dulu bahkan makan satu kali sehari pun, kadang tidak mampu. Tak jarang mereka hanya makan ubi kayu dan jagung tumbuk. Untuk membeli beras paling murah pun, ibunya tak sanggup. Solusinya, ibunya membeli padi yang masih harus ditumbuk untuk memperoleh butiran beras. Karena dengan cara begitu, mereka dapat menghemat uang satu sen dan dengan satu sen itu ibunya bisa membeli sayur.
Mungkin juga karena tumbuh dalam kondisi serba terbatas itu, Bung Karno tumbuh sebagai anak penyakitan. Kata Bung Karno, “Aku memulai hidup ini sebagai anak yang penyakitan. Aku mendapat malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit”. Menurut kepercayaan tradisional, anak sakit-sakitan harus diganti namanya. Karena itu Kusno nama kecilnya, diganti ayahnya menjadi Soekarno.
Ketika kelak tumbuh sebagai remaja, dan sudah mempunyai kesadaran berpenampilan, kemiskinan itu tampaknya tak mempengaruhi Bung Karno dalam bergaya.
Kiriman uang saku dari orangtuanya dan ekstra uang saku dari Pak Poegoeh kakak iparnya di Surabaya, dihematnya sen demi sen. Namun itu tak berarti dirinya tidak bisa tampil keren. Tampak dari foto-fotonya, sejak muda Bung Karno selalu berbusana apik dan menawan. Biar kalah nasi, yang penting tidak kalah aksi! Tampaknya sejak muda Bung Karno sudah punya bakat sebagai pencipta trend mode di jamannya.
Di dalam buku “Sukarno Penjambung Lidah Rakjat”, Bung Karno bercerita tentang perselisihannya dengan penghulu. Ketika itu akan dilangsungkan pernikahannya dengan Utari, putri HOS Tjokroaminoto. Itu adalah pernikahan pertama bagi Bung Karno. Penghulu memintanya untuk melepaskan dasinya. Soalnya dasi itu dianggap simbol budaya Kristen. Bung Karno tidak bisa mengerti larangan itu. Dia berusaha menjelaskan, dirinya sangat menyukai berpakaian pantas dan rapi. Tapi penghulu tidak mau menerima alasan itu. Karena Bung Karno tetap ngotot mengenakan dasi, penghulu mulai menggertak. Penghulu menolak menikahkan jika Bung Karno tidak melepaskan dasinya!
Bukannya ciut oleh gertakan tadi, Bung Karno malah semakin marah. Persetan! Rasanya dia lebih baik tidak menikah saja kalau soal berpenampilan pun, dirinya mesti diatur-atur. Bung Karno menulis, “Dalam hal ini biarpun Nabi sendiri sekalipun, takkan sanggup menyuruhku untuk menanggalkan dasi”. Bung Karno menjadi emosi oleh penghulu yang mencoba mengatur dan mengancamnya. Lalu dia menggeledek, “Persetan, tuan-tuan semua. Saya pemberontak, dan saya akan selalu memberontak, saya tidak mau didikte orang di hari perkawinan saya!”.
Sebagaimana umumnya lelaki, Bung Karno juga pernah berusaha menumbuhkan kumisnya. Mungkin bisa tampak lebih gagah dan ganteng. Tapi sayang usaha itu sia-sia. Kumisnya hanya tumbuh sebaris tipis saja. Sejak itu dia tidak pernah lagi mencoba-coba jadi “Pak Kumis”. Tetap bergaya klimis rapi.
Di sebuah majalah jadul, saya pernah membaca wawancara dengan Dewi Soekarno. Dewi bercerita tentang bagaimana Bung Karno tetap memperhatikan penampilannya, juga ketika usianya beranjak senja. Bung Karno sering memintanya menolong bukan saja mengecat rambutnya yang beruban, tapi juga alisnya! Sebelum Bung Karno berpidato, untuk menyamarkan pucat di wajahnya, tak jarang Dewi membubuhi sedikit rona merah dengan pupur membayang tipis di wajah suaminya itu.
Kesukaan Bung Karno akan gaya dan penampilan mematahkan pendapat orang tentang pria Jawa yang umumnya berpenampilan seadanya. Sudah banyak yang membahas bagaimana peran Bung Karno sebagai trend setter mode pria di Indonesia. Mulai dari idenya tentang pemakaian kopiah yang hingga kini dipakai pria Indonesia dan menjadi salah satu identitas bangsa. Juga gaya busananya yang banyak ditiru pria di jamannya. Misalnya stelan jas putih dan baju safari lengan pendek maupun lengan panjang.
Baju kepresidenannya yang bergaya militer membuatnya tampak gagah berdampingan dengan pemimpin dunia lainnya. Baju itu adalah hasil rancangannya sendiri. Karena itu Bung Karno pernah tersinggung dengan kritik Kepala Staf Angkatan Perang TB Simatupang (kala itu masih kolonel) yang menyarankan Bung Karno agar tidak memakai baju militer dengan segala atributnya itu.
Sejak menjadi pemimpin bangsa, Bung Karno tak pernah tampak mengenakan pakaian adat yang mewakili suku tertentu. Dia punya alasan khusus tentang ini. Bukan karena tidak mencintai tradisi. Justru sebaliknya dialah penganjur tradisi budaya, termasuk pakaian adat. Namun sebagai kepala negara, dia memposisikan dirinya harus netral berdiri di atas semua golongan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu dia mengorbankan identitas sukunya dengan sama sekali tidak pernah berpakaian daerah.
Walaupun semasa menjadi presiden tidak pernah berbusana daerah, namun Sukarno punya kepedulian terhadap pelestarian batik. Sukarno menghidupkan tradisi pameran batik di istana negara. Salah satu konsep Sukarno tentang batik khas Indonesia yaitu batik motif Terang Bulan. Motif batik ini kemudian dirintis dan diwujudkan oleh Ibu Sud atau Saridjah Niung Bintang Soedibjo.
Dulu Bung Karno sering meledek Ibu Sud yang berpinggul besar itu dengan julukan “bokong gede”, menunjukkan pertemanan mereka yang akrab. Karena keakraban itu, Ibu Sud paham bagaimana menerjemahkan batik Indonesia konsep Bung Karno. Selain dikenal sebagai pencipta lagu kanak-kanak, Ibu Sud (nenek disainer busana Carmanita) ini memang juga seorang pembatik. Motif batik Terang Bulan konsep Sukarno adalah batik yang mengkombinasikan motif batik kraton dan batik pesisir.
Batik Terang Bulan Konsep Bung Karno yang diwujudkan Ibu Sud
Orang sering menggeneralisir adat etnis dengan cara seseorang dalam berpenampilan. Pada Sukarno, gaya dan penampilannya lebih pada soal insting, selera, kesadaran dan pemahamannya tentang estetika. Bukan sekedar karena harus menjaga penampilan sebagai kepala negara . Karena jauh sebelum menjadi pemimpin bangsa pun, penampilannya selalu terjaga apik, sampai rela adu mulut dengan penghulu nikah.
Kecenderungannya untuk selalu tampil representatif nampaknya memang sudah bakat natural-nya. Sudah dimulai sejak remaja. Selalu tampak begitu flamboyan. Sukarno memang punya selera. Sebagaimana dikatakannya ketika membetulkan dasi Menhan Amerika, “Tuan punya bom atom, tapi kami punya seni yang tinggi!”. Kesenimanan Sukarno membuatnya memandang mode dan gaya juga adalah bagian dari seni.
Itu diakuinya sendiri ketika perasaannya remuk akibat dikurung di penjara Banceuy Bandung yang lebarnya 1,50 meter dan panjangnya seperti peti mayat. Dikatakannya, “….aku rasanya hendak mati. Pengalaman yang meremukkan. Aku adalah seorang yang biasa rapi dan pemilih. Aku adalah orang yang suka memuaskan perasaan. Aku menyukai pakaian bagus….”.
Ketika Bung Karno sekeluarga tiba di Jakarta 9 Juli 1942 dari pengasingannya di Sumatera, topik yang paling pertama ditanyakannya adalah “mencari tukang jahit”. Saat itu kapal laut “Van Riebeeck” yang ditumpanginya berlabuh di pelabuhan Pasar Ikan, di Penjaringan Jakarta Utara. Di masa lalu pelabuhan Pasar Ikan dikenal juga dengan nama Pelabuhan Sunda Kelapa.
Berita kembalinya Bung Karno di Jawa, setelah pembuangan di Sumatera
Orang pertama yang menjemputnya di pelabuhan itu adalah Anwar Tjokroaminoto, adik Utari, bekas adik iparnya. Melihat jas Anwar yang keren, Bung Karno lalu menyadari jas putih plus celana kedodoran yang dikenakannya sudah ketinggalan jaman. Betapa berbeda dengan stelan jas Anwar warna ivory yang dilihatnya jauh lebih modern.
“Jasmu bagus sekali potongannya”, puji Bung Karno. Anwar hidungnya kembang kempis dipuji Bung Karno. “Bikinan penjahit De Koning”, sahut Anwar berlagak. Anwar lalu buka rahasia bagaimana caranya ke penjahit itu, dengan harga miring. “Melalui pintu belakang”, bisik Anwar. Bung Karno segera tertarik ingin menjahit bajunya di penjahit yang tergolong penjahit terbaik dan mahal di Jakarta di kala itu. “Apa dia mau menjahit untukku?”, tanya Bung Karno pada Anwar. Percakapan selanjutnya antara keduanya bukan tentang strategi perjuangan, tapi kasak-kusuk tentang baju. Nah, ternyata omong-omong soal baju bagus bukan cuma monopoli perempuan saja.
Di kemudian hari, Bung Karno yang pesolek melengkapi gaya busananya dengan tongkat komando. Banyak orang percaya, tongkat komando itu adalah jimat saktinya. Tapi Bung Karno membantah. Tongkat komando itu semata-mata untuk menunjang gayanya. Dia menyebut dirinya “pelagak”. Dia berkata bahwa tongkatnya sama sekali tidak sakti, “tapi kalau diketok di jidat, ya bisa benjol”.
Bung Karno: Tongkat komando ini tidak sakti, tapi bisa bikin benjol!
Ide, inspirasi, karya, cita-cita memang tidak perlu selalu ditentukan oleh mahal dan mewahnya gaya hidup, gaya berbusana dan gaya berpenampilan. Dengan kepantasannya mempresentasikan diri, Bung Karno mampu memberi citra tersendiri bagi bangsanya di dunia internasional. Padahal kondisi Indonesia ketika itu masih begitu miskin. Dengan gayanya sebagai “pelagak”, dia mampu menyejajarkan bangsanya dengan para penista kemiskinan yang pongah itu.
Ya, apa salahnya jika gaya dan penampilan bisa membuat seseorang menjadi bergairah dan inspiratif dalam mewujudkan ide, karya dan cita-citanya?
Walaupun senang bergaya, Bung Karno tidak silau harta. Di akhir kekuasaannya, kala dipaksa meninggalkan istana oleh Suharto, Bung Karno ternyata tidak turut membawa serta kemeja-kemeja favoritnya “Arrow”, arloji Rolex dan benda berharga lainnya. Semua itu digeletakkannya begitu saja.
Kemeja Arrow di balik jas Bung Karno
Menurut kesaksian Sogol Djauhari Abdul Muchid (anggota Detasemen Kawal Pribadi/DKP), Bung Karno meninggalkan istana sebelum 16 Agustus 1967, hanya ber-kaos oblong cap cabe, celana piyama krem dan bersandal merk Bata yang sudah usang. Di pundaknya tersampir baju piyama-nya.
Tangan kanannya menggenggam sesuatu yang sangat berharga. Lebih berharga daripada kemeja Arrow, parfum Shalimar favoritnya, uang dollar dan emas batangan yang tak ikut dibawanya, dan hingga kini tak diketahui di mana semua itu. Hanya satu benda yang dibawanya ketika meninggalkan istana. Benda yang merupakan simbol dari 1001 kisah pengorbanannya untuk bangsanya. Itulah yang digenggamnya erat, yaitu bendera pusaka yang dibungkus gulungan kertas koran, hasil jahitan Fatmawati istrinya. Toh walau berkaos oblong seadanya, semua itu tidak membuat kewibawaannya serta merta sirna.
Wibawanya itu bahkan tetap hidup hingga kini, walaupun jauh sebelumnya dia sudah mengalami “pembunuhan” secara perlahan di pengasingannya di Wisma Yaso. Bung Karno seakan menyadari itu. Karena itu, menurut Sidarto Danusubroto ajudannya, Bung Karno menulis di bukunya kalimat filsuf Jerman Ferdinand Freiligrath, “ Man töten den Geist nicht”. Ya, tak ada yang bisa membunuh jiwa.
Gaya dan penampilan memang tidak kekal. Tapi melalui kekekalan jiwanya, gaya dan penampilan Bung Karno menjadi kenangan kekal yang tetap tergores dalam sejarah.
ilmu kekayaan sejati khadam uang kuno Soekarno
ASSALAMUALAIKUM WR WB
salam sejahtra bagi kawan-kawan sebangsa dan setanah air,
pernahkah anda memburu uang kuno keramat yg konon bisa mendatangkan uang secara gaib,,,,
tidak sedikit yg tertipu dengan modos penggandaan uang dengan prantra uang soekarno ini,
benarkah ini yaaa hanya sebagian kecil saja yg benar, tetapi banyak yg hanya trik dan modos penipuan saja didunia supranatural.....
saya pernah membuktikan kemampuan guru saya beliau mampu mendatangkan uang dengan prantra uang kono ini,dengan mata kepala sendiri, tetapi sekarang kekuatan itu seakan telah hilang,,,beliau tidak bisa lagi melakukannya, sdh dicoba beberapa kali dan selalu gagal,
yg trakhir beliau bertemu dengn khadam uang ini dia mengaku bernama JENANG BIRU
maaf ini versi guru saya, masih banyak versi dari kawan kawan yg lain.
khadam inilah yg membawakan uang dari alam gaib, bahkan dia berkata apabila kamu butuh aku maka serulah nama ku aku bantu kamu, nanti ada tehnik khusus menyerunya,
ilmu ini sdh dibuktikan satu org,khadam ini selalu datang dan memberikan uang 50,000,- kadang sampai 300,000 dlm seminggu.kalau saya beberapa kali mencoba selalu gagal.
khadam ini adalah bangsa jin muslim, tapi ingat jgn sampai jadi musrik, kerena berhubungan dgn jin kita lupa dgn tuhan kita. contohlah nabi sulaiman yg bisa memerintah bangsa jin, ingat bukan kita yg diperintahnya,tapi kita yg perintah jin,
untuk uji coba ketika kita berjualan coba kita seru nama khadam ini insya allah dagangan kita ini laris manis
pembeli akan bertambah dari biasanya,,,
pernah juga dicoba teman saya mancing alahmdulillah hasil pancingannya juga bertambah banyak,,,
mohon maaf kerena ini ilmu kontroversi kerena banyak yg tidak suka berhubungan dgn dunia khadam, maka ilmu ini saya simpan saja,sebagai bahan bacaan kalian,
bagi para praktisi ilmu kebatinan silahkan anda lihat coba pegang uang kuno itu lalu seru nama khadam yg tadi, rasakanlah akan ada hawa dingin pertanda adanya khadam uang kuno itu
kerena banyaknya sms yg masuk dan membuat saya kewalahan membalas smsnya,ini saya bukakan cara menyeru khadam jenang birunya,
''ATTAHIYYATUL MOBARAKATUS SHALAWATUT TAIBATU LILLAHI, ASSALAMUALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAHI WABARKATUH,ASSHALAMU ALAINA WA'ALA IBADILLAHIS SHALIHIIN, SESUNGGUHNYA AKU MENYERU KAMU HAI JENANG BIRU,HAI JENANG BIRU,HAI JENANG BIRU,''terus uapkan seruan HAIN JENANG BIRU sampai beliau mau datang, biasanya berbentuk manusia, kadang beliau bisa berubah ujud menjadi pengemis dan lain-lain,
tehnek penyeruannya, dilakukan dimalam hari ditempat yg sepi dari org yg lalu lalang,dan dilakukan diluar rumah,sambil uang konu soekarno dibawa, kalau sampai tiga malam beliau tidak dtg hentikan ritual ini, berarti tidak cocok.
untuk tes yg enaknya kalau kita berdagang untuk menarik pembeli,sambil kita nunggu dagangan ucapkan kalimat seruan diatas,dengan niat minta tarikan pembeli, lihatlah reaksinya........
atau bisa ditest untuk mancing ikan,
tehnek seruan ini juga bisa dimamfaatkan berbagai macam keperluan,tinggal kita yg mengarahkannya,,,,
ingat jgnlah kita menjadi hamba jin, tetapi jadilah hamba allah yg sebenarnya,
Ilmu Weruh Sak Durunge Versi Bung Karno
CARA MEMBANGKITKAN KUNCI ILMU:
1. Duduklah santai boleh bersandar di dinding, Rileks kan Hati Dan Pikiran anda.
2. Bacalah Doa Kunci Ilmu WERUH SAK DURUNGE WINARAH sebagai berikut: “BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM, ALLOHU SIFAT KUDRATTULLOH AFNGAL” sebanyak 149x.
3. Lalu Anda BERDOA SUPAYA BISA DIBUKAKAN KUNCI ILMU WERUH SAK DURUNGE WINARAH lalu anda diam semadilah sambil membaca Kunci Ilmu diatas seikhlash nya anda……
4. Selama semadi sekali lagi rileks kan Hati dan Pikiran anda…apapun yg anda lihat selama semadi jangan pernah anda hiraukan….sampai saat dimana anda bisa melihat wujud diri anda sendiri MEMEGANG KUNCI DAN MEMBUKA PINTU lalu anda keluar melihat alam semesta di depan anda….lalu anda hentikan semadi anda.
5. Jadi Sasmita gaibnya adalah anda MEMEGANG KUNCI DAN MEMBUKA PINTU dan itu bisa di dapat baik saat Semadi ataupun Saat anda tidur dan bermimpi.
6. Untuk kegunaan Ilmu ini menurut Bung Karno untuk melihat hal-hal yang akan terjadi. Misalnya: melihat masa depan saudara anda gimana?….melihat pergerakan harga forex dalam sehari gimana, melihat masa depan anda sendiri, teman, keluarga, bisnis, intinya mengetahui hal-hal yg akan terjadi, dll Dan alhamdulillah sudah sy praktekkan untuk menganalisa pergerakan harga forex GBP/USD setiap harinya…hasilnya emang MANTAP !!!! , melihat apa yg terjadi dengan masalah seorang teman supaya dapat jalan keluar ….syukur alhamdulillah teman sy dapat solusi dalam mengatasi masalahnya tersebut. Dan masih banyak lagi yg lainnya yg tdk dapat saya sebutkan satu persatu….
7. Jika anda sudah mendapatkan sasmita gaib, untuk cara pakainya anda cukup baca KUNCI ILMU: “BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM, ALLOHU SIFAT KUDRATTULLOH AFNGAL” sebanyak 3x SAMBIL TAHAN NAFAS lalu niatkan sesuai dengan apa yang mau anda lihat., dan untuk pengasahan ilmu biar semakin tajam bacalah Kunci Ilmu diatas 3x sambil tahan nafas setiap harinya……
Demikian sekelumit ilmu yang dapat saya berikan, mohon maaf atas segala kekurangan, semoga bermanfaat buat anda semua dan semoga anda Sukses selalu…..
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Karomah Idu Geni Bung Karno
Selain Misteri Tongkat Komando Bung Karno, Idu Geni merupakan salah satu kesaktian Bung Karno. Walau berkali-kali Bung Karno berkata bahwa Tongkat Komando-nya tidak memiliki daya sakti, daya linuwih..”itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai Pemimpin dari sebuah negara besar” kata Bung Karno pada penulis Biografi-nya, Cindy Adams pada suatu saat di Istana Bogor. Namun permasalahan Idu Geni beliau tidak banyak dikupas.
Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama persis. Satu tongkat khusus untuk melakukan lawatan keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat selalu beliau bawa waktu berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerapkali ia bawa adalah tongkat komando khusus beliau melakukan pidato.
Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai Pet hijaunya itu.
Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’ wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan membuat heboh seluruh masyarakat nusantara. Bagaimana tidak heboh, jika sang penembak adalah sosok sniper atau jago tembak dan jago perang terlatih, namun mengapa menembak dari hanya jarak 5 meter bisa meleset. Di Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban. ‘Tiban’ adalah suatu istilah Jawa yang mengartikan bahwa Bung Karno mendapatkan kesaktian tanpa mempelajarinya terlebih dahulu. Bisa jadi hal itu terjadi pada diri Bung Karno. Sebab, waktu lahir kedunia, Sukarno bernama Kusno. Beliau sering mengalami sakit tanpa penyebab pasti. Kusno kecil lantaran sering sakit, maka diganti namanya menjadi Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo. Hardjodikromo tinggal di kota Tulungagung. Karena rasa rindunya kepada cucunya itu sudah tak terbendung lagi maka ditemuilah Karno kecil.
Sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain pada doiri Soekarno kecil. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang linuwih dan sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan menjilat.
Kakek Sukarno, tahu bahwa ini kesaktian milik keluarganya. Hardjodokromo tidak menghendaki cucu kesayanganya hanya menkadi paraji, dukun atau paranormal. Sang Kakek menghendaki cucunya menjadi seorang satria bagi bangsa dan negaranya. Karena itu, Hardjodikromo melakukan olahbatin tingkat tinggi. Beliau berusaha merubah kadikdayan Soekarno kecil menjadi mujizat bentuk lain. Untuk merubah itu, Kakek Hadjidikromo harus melakukan puasa selama 41 hari secara berturut-turut. Walau berat dan mempertaruhkan jiewa raganya, tapi itu harus ia lakukan. Demi mengubah dan asal cucunya jangan sampai kelak dikemudian hari hanya menjadi seorang dukun, tabib atau paraji, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk bangsa dan negaranya.
Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa atau Cultuurstelsel Van Den Bosch. Kakek Soekarno hijrah ke Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan penjajah Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel penjajah Belanda. Untuk menghindari pengejaran para intel penjajah Belanda, ayah Soekarno menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi. Mungkin akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno, demikian erat dan mendalam. Seperti diketahui Jawa Tengah merupakan basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia hingga saat ini.
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang malam. Tujuan puasa kakek Bung Karno itu, agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin yang kuat dan lurus. Pada hari ke 40 puasanya, Hardjodikromo kedatangan tamu seorang yang amat misterius. Lelaki paruh baya berpakaian bangsawan Keraton Mataram datang dan mengatakan dengan amat pelan. Kata-kata itu jika di artikan dalam bahasa sekarang adalah ‘bahwa cucumu jika pada masanya nanti akan menjadi seorang Raja. Raja bukan sembarang Raja. Bahkan cucu kesayanganmu itu nanti akan menjadi bukan saja Raja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.
Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan berbagai macam penyakit lewat Idu Geninya langsung hilang. Namun berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’.
Anehnya, Bung Karno sendiri menurut buku Giebbels, salah seorang Sejarawan bangsa penjajah Belanda, sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam. Entah lantaran ramalan itu atau memang kebetulan, Bung Karno sendiri amat takut dengan jarum suntik. Bung Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam. Ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina dari pada harus berhadapan dengan jarum suntik dan pisau bedah.
Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo, pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah peristiwa 17 Oktober 1952. Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang itu sambil menyodorkan batang pohon Pucang Salak. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.
Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama dalam rivalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari yang terjadi di tahun 1974. Sebelum meletusnya Malari Jenderal Sumitro, kedatangan tamu seorang anak muda dengan pakaian dekil. Pemuda dekil itu tanpa banyak Tanya dan bicara menyerahkan sebilah keris kepada Jenderal Sumitro. “ Ini untuk kemenangan Pak” kata anak muda itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar